Selasa, 27 September 2016

You Are The Captain of Your Life

Saya berkeliling menyambangi kampus-kampus, mendatangi mahasiswa, sekedar untuk menyampaikan pesan sederhana ini. You are the captain of your life.

Kau adalah kapten dalam kapal kehidupanmu. Kau sedang menjalani hidupmu sendiri. Kau hidup untuk dirimu. Kau bukan anak buah kapal dalam kehidupan orang lain, yang tugasnya hanya membantu di kapal itu. Kau juga bukan penumpang dalam hidup orang lain.
Kau adalah kapten kapalmu. Kau yang menetapkan tujuan, lalu kau pula yang mengemudikannya menuju kepada tujuan itu. Kalau kau sampai, kaulah yang menikmatinya. Kalau kau tenggelam, matilah kau.
Kau harus menetapkan tujuan, lalu membawa kapalmu menujunya. Sayang sekali, ada begitu banyak anak muda yang tidak punya tujuan. Ia adalah kapten kapal hanyut, hanya terombang ambing di tengah laut.
Ke mana pun haluan kapalnya menghadap, itu ditentukan oleh ombak dan angin, bukan oleh kapten. Kalaupun ia sampai ke suatu tempat, ia tidak sampai ke tujuan, melainkan terdampar saja. Mungkin tempat itu bagus, mungkin pula buruk. Ia menerima saja, tak memilih.
Ada yang menetapkan tujuan, tapi tak menyiapkan bekal untuk berlayar. Ia bahkan tak membekali dirinya dengan peta, sehingga akhirnya sama saja dengan orang yang berlayar tanpa tujuan. Ada pula yang tak terampil mengendalikan kapal. Ia pun gagal mencapai tujuan.
Tak sedikit yang mengeluh karena terpaan ombak, padahal ombaknya kecil saja. Inilah laut kehidupan, memanglah ia berombak. Tak patut seorang kapten mengeluh, meski diterpa badai sekalipun. Kau tak mungkin menuntut badai yang menghalangimu mencapai tujuan.
Banyak pula yang menyerah, memilih untuk terdampar di mana saja. Kemudian diam di situ, atau berlayar lagi, tanpa tujuan. Tidak sedikit yang mati tenggelam, sia-sia.
Kau adalah kapten dalam kapal kehidupanmu. Tetapkan tujuanmu. Pelajari peta jalan menujunya. Cari tahu bekal apa yang diperlukan untuk mencapainya. Tempuhlah jalan itu. Kendalikan hidupmu agar tetap di jalan itu. Hadapi semua rintangan yang menghalang. Yakinlah, semua akan bisa kau lewati.
Tetapkanlah tujuanmu. Jangan biarkan orang lain menetapkan tujuan. Jangan biarkan orang lain memerintahmu dalam kapalmu sendiri. Karena engkau adalah kapten dalam kapal kehidupanmu sendiri.
Oleh: Hasanudin Abdurakhman

Selamat Tinggal Senioritas, Begini Cara Kampus Jepang Gelar Orientasi Mahasiswa Baru






Pagi, B-Con Plaza di Beppu, Jepang, sudah terlihat sibuk. Ada tawa terdengar di sana-sini, bersama riuh langkah kaki para mahasiswa baru Ritsumeikan Asia Pacific University (APU). Waktu menunjukkan pukul 10.00 WIB.

Hari itu adalah seremoni masa orientasi bagi mahasiswa baru. Kurang lebih selama sepekan, mereka akan berkenalan dengan kampus yang bakal menjadi tempat belajar selama minimal empat tahun ke depan.
Namun, tak ada aura penggojlokan menguar di area kampus tersebut. Justru, ada warna-warni yang muncul, terutama dari para mahasiswa internasional.

Pada seremoni itu, para mahasiswa internasional diminta mengenakan pakaian khas negara masing-masing, bila memungkinkan. Tak heran, pada pagi itu ada banyak orang berseliweran mengenakan kebaya dan batik. Betul, mereka adalah mahasiswa baru dari Indonesia.

“Di sini (APU) memang begitu. Di acara entrance ceremony akan terasa warna-warni budaya dari banyak negara," ungkap Aisyah Fakhriyah Ahmad Wadi, salah satu mahasiswa asal Indonesia. Aisyah memang bukan mahasiswa baru, tetapi dia ikut mengisi seremoni tersebut. "Saya akan pakai baju bodo—pakaian khas Makassar—besok,” ujar dia.

Masuk APU pada 2014, Aisyah menjadi pembawa acara untuk upacara penerimaan mahasiswa baru angkatan 2016, pada Jumat itu. Dia membawakan agenda presentasi pengenalan kegiatan kampus dan pertunjukan oleh mahasiswa.

Agenda orientasi, Aisyah pun lalu bertutur tentang acara orientasi mahasiswa baru di kampusnya. Agenda acara orientasi, kata Aisyah, lebih banyak membahas kehidupan mahasiswa kampus dan bimbingan untuk mandiri selama belajar.

“Tidak ada senioritas sama sekali. Saat acara orientasi, senior berperan sebagai pembimbing mahasiswa baru agar tetap survive,” ungkap dia.
Agenda itu mulai dari bimbingan-bimbingan student life guidance—pengenalan hak dan kewajiban serta adaptasi mahasiswa di kampus, course registration—, penyususunan rencana studi, pengenalan seluk-beluk kampus, hingga acara untuk menjalin keakraban.

Beberapa agenda utama digeber pada Jumat. Acara tak lalu bikin jenuh karena pada bagian akhir ada pertunjukan seni dari grup mahasiswa senior.

Di acara pertunjukan seni, misalnya, grup mahasiswa Indonesia APUIna bahkan sempat menampilkan tarian saman dari Aceh di hadapan audiens. Pertunjukan seni budaya juga ditampilkan grup mahasiswa dari Jepang dan Korea Selatan.

Mahasiswa Indonesia di Jepang 
Berdasarkan riset Nikkei pada Juli 2016, APU merupakan kampus di peringkat teratas yang dinilai paling antusias dan siap menghadapi globalisa

Mahasiswa Indonesia yang masuk APU pada penerimaan September 2016 ada 79 orang. Saat  ini Indonesia menjadi penyumbang mahasiswa ke-empat terbanyak di APU.

Bahkan, di kampus itu mahasiswa Indonesia juga dikenal sebagai pelajar-pelajar aktif di organisasi kampus. Tiap tahun, grup mahasiswa APUIna juga rutin mengadakan INAweek—acara tahunan selama sepekan yang khusus mengenalkan seni, budaya, dan kuliner asal Inndonesia.

Khusus untuk penyambutan mahasiswa baru pada September 2016, otoritas kampus juga meminta mahasiswa Indonesia menjadi salah satu perwakilan yang memberi pidato.

"Kaget disuruh pidato. Dihubungi sebelum berangkat ke sini (Jepang). Tadinya ragu, tetapi tetap saya coba dulu," ujar Zena Fadilla, mahasiswa Indonesia terpilih menjadi perwakilan untuk berpidato itu.

Zena adalah mahasiswa baru yang juga penerima beasiswa dari APU. Dalam pidatonya, Zena berbicara tentang kemanusiaan, perdamaian, serta bagaimana menjadi masyarakat berkualitas yang hidup di tengah lingkungan multikultural dan berpikir global.

Selamat datang di kampus tanpa senioritas pada hari-hari orientasi....
Penulis: Sri Noviyanti