Dokter spesialis paru Ceva W Pitoyo mengatakan, pada dasarnya
penyakit yang disebabkan oleh virus bisa sembuh sendiri. Ini karena
sifat virus yang memiliki limitasi waktu menginfeksi dan jika sudah
melewati waktu tersebut, virus akan mati dan hilang.
"Virus merupakan salah satu organisme yang bersifat self limiting,
jadi jika sudah melewati batasnya, infeksinya akan menghilang juga,"
jelasnya dalam konferensi pers terkait MERS di Jakarta, Jumat
(9/5/2014).
Sejauh ini memang belum ada obat atau pun vaksinasi untuk mencegah penularan MERS. Penyakit ini menjadi mematikan karena daya tahan tubuh pasien yang tidak kuat menahan infeksi hingga waktu limitasi itu tiba. Ini umumnya disebabkan oleh komplikasi beberapa faktor, misalnya pasien sudah memiliki penyakit penyerta yang menurunkan daya tahan tubuhnya.
Sejauh ini memang belum ada obat atau pun vaksinasi untuk mencegah penularan MERS. Penyakit ini menjadi mematikan karena daya tahan tubuh pasien yang tidak kuat menahan infeksi hingga waktu limitasi itu tiba. Ini umumnya disebabkan oleh komplikasi beberapa faktor, misalnya pasien sudah memiliki penyakit penyerta yang menurunkan daya tahan tubuhnya.
Penyakit-penyakit yang memperburuk kondisi daya tahan tubuh,
khususnya yang berhubungan dengan penyakit pernapasan, antara lain
memiliki penyakit paru-paru obstruksi kronis, atau tuberkulosis. Bahkan
kebiasaan merokok pun bisa menurunkan daya tahan tubuh.
Ada pula penyakit-penyakit yang secara umum tingkat risiko kematiannya lebih tinggi saat seseorang terserang MERS, seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan ginjal kronis.
Ada pula penyakit-penyakit yang secara umum tingkat risiko kematiannya lebih tinggi saat seseorang terserang MERS, seperti diabetes, penyakit jantung, atau gangguan ginjal kronis.
Menurut Ceva, perawatan pasien MERS ditujukan untuk menjaga kondisi
pasien tetap kuat hingga waktu limitasi virus tiba. Dengan upaya
seperti pemberian infus, menjaga makanan, hidrasi yang baik, kondisi
pasien akan tetap bertahan.
"Perawatan pasien yang tidak menjaga kondisi pasien lah yang
akhirnya berujung pada kematian pasien," kata dokter dari Departemen
Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah
Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI/RSCM) ini.
Di sisi lain, Ceva menerangkan, sejak awal MERS ditemukan jumlah
infeksi dan kematian angkanya sangat dekat. Artinya setiap orang yang
terinfeksi menghadapi risiko kematian yang sangat besar. Namun kini,
angka kematian berangsur menurun meskipun penyebaran penyakitnya
betambah luas.
Data terakhir menyebutkan, dari 463 pasien yang terjangkit MERS,
126 di antaranya meninggal dunia. Artinya tingkat kematian dari MERS
saat ini adalah 27,21 persen. Ceva berharap, dengan semakin baiknya tata
cara perawatan pasien MERS, maka tingkat kematiannya juga bisa semakin
diturunkan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar