Indonesia boleh berbangga karena memiliki Prof Effendy, ahli
kristalografi yang diakui dunia. Di tengah minimnya sarana dan prasarana
penelitian, ia mampu menemukan dan menganalisis 730 senyawa koordinasi
baru dari garam-garam tembaga, perak, dan logam-logam alkali dengan
ligan-ligan dari unsur golongan 15. Suatu angka pencapaian yang menurut
para ahli kimia amat luar biasa.
Pekan lalu, Effendy mendapatkan
Habibie Award atas 22 tahun penelitiannya dalam sintesis dan penentuan
struktur senyawa koordinasi, dengan menggunakan metode difraksi sinar X.
Penelitian Effendy memang penelitian dasar yang manfaatnya baru
dirasakan 10-20 tahun mendatang.
Penerima Habibie Award 2012
lainnya adalah Prof Dr Teguh Santoso Sukamto, kardiolog FKUI/RSCM. Baik
Effendy maupun Teguh memperoleh hadiah uang 25.000 dollar AS.
Penelitian
Effendy tentang struktur senyawa kimia itulah yang nantinya menjadi
dasar peneliti lain untuk menciptakan berbagai inovasi untuk kepentingan
medis, pangan, dan bioteknologi.
”Sekarang ini berbagai disiplin
ilmu harus saling bekerja sama. Ahli biologi molekuler harus bekerja
sama dengan ahli kristalografi. Molekul kecil seperti Cisplatin berbahan
dasar atom platinum, hidrogen, nitrogen, dan klor, yang ditemukan 75
tahun lalu. Belum lama ini, secara tidak sengaja diketahui itu dapat
digunakan sebagai obat antikanker,” Effendy menuturkan.
Terancam ”drop out”
Effendy
bercerita, dia tidak pernah bermimpi untuk menjadi ahli kimia. Sewaktu
masih duduk di bangku SMA, ia bercita-cita menjadi dokter. Namun
ayahnya, Nawawi, yang sempat menjadi pengepras atau pemborong tanaman
tebu, secara mendadak bangkrut. Ketika itu sang ayah bangkrut karena
ditipu oleh oknum-oknum di Pabrik Gula Krebet Baru, Malang.
Kondisi
itu membuat Effendy terpaksa masuk ke Jurusan Pendidikan Kimia Institut
Keguruan dan Ilmu Pendidikan (IKIP) Malang. Dia membiayai kuliah dengan
membuka kios penyewaan buku dan komik. Usaha inilah yang kemudian juga membantu membiayai kuliah empat adiknya.
Lulus
S-1 dari IKIP Malang pada 1981, dua tahun kemudian Effendy melanjutkan
ke jenjang S-2 Pendidikan Kimia di IKIP Jakarta. Dia berhasil lulus S-2
tahun 1985. Pada 1987, Effendy memperoleh beasiswa untuk belajar ke
Australia bersama 20 pengajar IKIP yang sudah menyandang S-2 dari
seluruh Indonesia. Mereka diharapkan menjadi pakar dalam bidang kimia,
fisika, dan matematika.
”Di Australia, kami semua diturunkan
setara dengan tahun ketiga S-1. Luar biasa berat buat saya karena selama
satu tahun harus mendalami teori-teori kimia untuk mencapai gelar BSc
dan setahun lagi untuk BSc Honour. Namun, saya merasa beruntung karena
bisa menemukan satu senyawa pada saat terakhir masa tesis. Kalau tidak,
saya bisa kena drop out,” cerita Effendy beberapa waktu lalu.
Dari
satu senyawa itulah, Effendy melangkah lebih jauh. Ia terus melakukan
penelitian dan menemukan senyawa-senyawa koordinasi lain yang kemudian
dia pelajari strukturnya. Jika mahasiswa lain berlibur pada musim panas,
Effendy justru memilih berkutat di laboratorium. ”Setelah dua bulan,
saya berhasil menyintesis 32 senyawa baru,” katanya.
Atas
prestasinya itu, Effendy ditawari masuk program doktor tanpa harus
menyelesaikan program master. Dua bulan setelah pengumuman kelulusan
sebagai doktor pada akhir tahun 1993, Effendy diminta oleh seorang ahli
kimia, Prof Allan Henry White, untuk melanjutkan penelitian yang dia
lakukan selama menjalani program doktor.
”Saya menerima tawaran
itu karena di Indonesia belum ada alat single crystal diffractometer
X-ray yang merupakan alat utama dalam penelitian saya. Kalau saya
paksakan pulang ke Tanah Air, penelitian saya akan berhenti di tengah
jalan,” kata Effendy.
Mondar-mandir
Sejak
1994 hingga kini, Effendy mondar-mandir antara Malang dan Australia.
Akibatnya, dia tergolong terlambat untuk menikah. Pada 1998, saat
berusia 42 tahun, dia menikahi Aniswati, salah seorang mahasiswinya di
IKIP Malang yang lebih muda 18 tahun dari dirinya. ”Saya memimpikannya
ketika naik haji,” tuturnya.
Effendy bercerita, dia memiliki
lahan sawah 1 hektar untuk ditanami padi. Oleh karena itulah, sang istri
belakangan ini juga menjadi penyuluh pertanian dan mengelola sebuah
toko swalayan di Bulu, Lawang.
”Ini untuk membagi rezeki kepada
lima karyawan toko kami. Kami berusaha agar hidup ini bisa memberi
manfaat kepada orang lain,” ujarnya.
Effendy yang awalnya adalah
pendidik kimia murni sekarang menjadi salah seorang dari sedikit ahli
kristalografi yang dimiliki Indonesia. Hasil penelitian yang dia tulis
lalu diterbitkan di berbagai jurnal ilmiah dunia.
Dia menjadi
satu-satunya ilmuwan Indonesia yang namanya masuk daftar Cambridge
Structural Database (CSD) di Cambridge Crystallographic Data Centre,
sebuah database berisi nama para peneliti yang berhasil memublikasikan
minimal 501 struktur senyawa baru dalam jurnal internasional. Karena
itu, amat pantas jika Effendy mendapatkan Habibie Award di bidang ilmu
dasar.
Selain menjadi peneliti ilmu kimia, Effendy juga membantu
mengembangkan kurikulum pendidikan ilmu kimia untuk para pelajar SMP dan
SMA rintisan sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan sekolah
internasional. Dia juga membantu pengembangan program pendidikan tinggi
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Di tengah semua
kesibukannya itu, Effendy masih sempat menulis setidaknya sembilan buku
teks. Salah satu bukunya itu ditulis dalam bahasa Inggris.
Impian
Effendy yang belum terwujud adalah menjadikan Universitas Negeri Malang
sebagai pusat kristalografi nasional. Dia berharap ada donatur yang mau
membantu pengadaan alat single crystal diffractometer X-ray yang
harganya sekitar Rp 5 miliar.
”Hal yang juga penting adalah
menyiapkan teknisi untuk mengoperasikan dan kaderisasi untuk mereka yang
ingin mendalami kristalografi. Kaderisasi itu yang lebih sulit karena
minat mahasiswa kecil sekali untuk mendalami ilmu dasar,” kata Effendy.
Kamis, 06 Desember 2012
Pantai Tanjung Lesung Tak Kalah dengan Bali
Potensi obyek wisata Pantai Tanjung Lesung di Kabupaten Pandeglang,
Jawa Barat, tidak kalah menarik dengan obyek wisata pantai di daerah
lainnya, termasuk dengan pantai di Bali.
Namun, selama ini sebagian masyarakat belum begitu mengenal, ditambah lagi sebelumnya infrastruktur jalan kurang begitu mendukung. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banten, Ajak Moeslim, di Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Minggu (2/12/2012).
"Sekarang kunjungan wisatawan ke Tanjung Lesung terus meningkat karena jalannya juga sudah mulai bagus. Apalagi nanti kalau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata ini sudah jadi akan semakin ramai, karena luasnya sekitar 1.500 hektar yang akan dibangun KEK Tanjung Lesung ini," kata Ajak Moeslim.
Sementara itu, pengelola obyek wisata Pantai Tanjung Lesung mulai 1 Desember 2012 menyuguhkan seni tradisional Banten seperti rampak bedug dan debus bagi wisatawan yang menikmati libur akhir pekan di obyek wisata tersebut.
"Mulai awal Desember 2012 setiap akhir pekan kami tampilkan kesenian tradisional masyarakat Banten bagi wisatawan. Ini bagian dari upaya kami memberdayakan masyarakat setempat serta melestarikan seni dan budaya Banten," kata Andre Massie, Manager Pemasaran Kalicaa Villa Tanjung Lesung.
Ia mengatakan, suguhan seni dan budaya tradisional Banten tersebut juga sebagai salah satu upaya meningkatkan daya tarik wisatawan ke Tanjung Lesung. Para penari rampak bedug dan juga debus yang dibawakan pemuda-pemudi tersebut ditampilkan di pinggir pantai Tanjung Lesung di depan para tamu yang sedang menikmati maklan malam di depan restoran pinggir pantai di lokasi wisata tersebut.
Namun, selama ini sebagian masyarakat belum begitu mengenal, ditambah lagi sebelumnya infrastruktur jalan kurang begitu mendukung. Hal tersebut diungkapkan Kepala Dinas Budaya dan Pariwisata Banten, Ajak Moeslim, di Tanjung Lesung, Kabupaten Pandeglang, Minggu (2/12/2012).
"Sekarang kunjungan wisatawan ke Tanjung Lesung terus meningkat karena jalannya juga sudah mulai bagus. Apalagi nanti kalau Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata ini sudah jadi akan semakin ramai, karena luasnya sekitar 1.500 hektar yang akan dibangun KEK Tanjung Lesung ini," kata Ajak Moeslim.
Sementara itu, pengelola obyek wisata Pantai Tanjung Lesung mulai 1 Desember 2012 menyuguhkan seni tradisional Banten seperti rampak bedug dan debus bagi wisatawan yang menikmati libur akhir pekan di obyek wisata tersebut.
"Mulai awal Desember 2012 setiap akhir pekan kami tampilkan kesenian tradisional masyarakat Banten bagi wisatawan. Ini bagian dari upaya kami memberdayakan masyarakat setempat serta melestarikan seni dan budaya Banten," kata Andre Massie, Manager Pemasaran Kalicaa Villa Tanjung Lesung.
Ia mengatakan, suguhan seni dan budaya tradisional Banten tersebut juga sebagai salah satu upaya meningkatkan daya tarik wisatawan ke Tanjung Lesung. Para penari rampak bedug dan juga debus yang dibawakan pemuda-pemudi tersebut ditampilkan di pinggir pantai Tanjung Lesung di depan para tamu yang sedang menikmati maklan malam di depan restoran pinggir pantai di lokasi wisata tersebut.
Selasa, 18 September 2012
Wali Kota Termuda di Dunia Ini Terinspirasi Soekarno
Bashaer Othman menjadi satu-satunya wali kota termuda dunia. Di usianya yang masih 15 tahun, pelajar yang masih duduk di kelas I SMA Palestina ini sudah diberi jabatan publik sebagai Wali Kota Allar, Tulkarm, Tepi Barat, Palestina.
Bashaer diberi kesempatan memimpin Kota Allar selama dua bulan, di bawah bimbingan Sufian Shadid, Wali Kota Allar sebenarnya, setelah ia terpilih dalam program pemberdayaan kaum muda Pemerintah Palestina.
Tentu unik sebuah kota dipimpin oleh perempuan yang masih berusia di bawah 17 tahun. Terlebih lagi, Bashaer harus memikul sejumlah tanggung jawab berat mengatasi semua hal terkait Kota Allar, termasuk mengawasi karyawan dan menandatangani semua dokumen resmi, kecuali dokumen keuangan.
Bertempat di Kantor Kedutaan Besar Palestina untuk Indonesia di Jalan Pangeran Diponegoro, Jakarta, Rabu (12/9/2012) siang, Tribun mendapat kesempatan mewawancarai perempuan jelita ini dengan nuansa santai, meski dengan obrolan serius.
Basher menerima Tribun dengan senyuman manis. Sapaan menggunakan bahasa Arab makin menambah keakraban. Di sela-sela obrolan, Bashaer bahkan sempat bercanda bertanya-tanya tentang merk handphone yang Tribun pakai. Apa saja pengalaman Basheer menjadi wali kota termuda dunia? Berikut petikan wawancaranya:
Selamat siang, selamat datang di Indonesia. Bisakah Anda bercerita bagaimana menjadi wali kota di usia yang masih muda?
Selamat siang juga, senang bisa berada di Indonesia. Pada awalnya saya mengikuti program Pemerintah Palestina untuk pemberdayaan kaum muda. Saya lalu bersaing dengan ribuan anak muda yang mengikuti seleksi program tersebut. Wali kota seperti saya dipilih tidak melalui proses pemilihan umum yang dilakukan masyarakat, tetapi dipilih oleh wali kota sebenarnya berdasarkan kompetensi atau kemampuan dalam berbagai hal.
Apa pertimbangan terbesar yang membuat Anda dipilih?
Saya dinilai memiliki kemampuan individual, antara lain wawasan tentang kenegaraan, politik, sosial, dan ekonomi. Saya juga memiliki kemampuan kepemimpinan. Sebelum ini saya telah memimpin sebuah organisasi kepemudaan di sekolah. Saya juga punya visi dan misi yang jelas untuk kemajuan rakyat Palestina.
Anda sudah menjabat dua bulan, apa yang Anda lakukan selama periode itu?
Saya berusaha memecahkan berbagai masalah rakyat, salah satunya ketersediaan lapangan pekerjaan. Beberapa waktu lalu saya keliling ke beberapa negara luar. Sepulang dari sana saya mengajak para investor serta meyakinkan mereka agar mau berinvestasi di Palestina. Hasilnya lumayan, ada tiga proyek yang saya dapatkan, dan saya pikir itu akan membuka lapangan kerja baru.
Ceritakan masalah tersulit yang Anda hadapi selama jadi wali kota.
Melayani rakyat Palestina terutama dalam masalah hukum. Sebenarnya mereka sudah tahu hukum, tetapi biasanya mereka tidak puas jika tidak langsung bertanya kepada wali kota, jadi saya harus sabar melayani mereka. Kesulitan yang saya alami adalah bisa memuaskan seluruh rakyat, juga saat membuat rakyat menjalani ketentuan Dewan Kota. Beruntungnya, saya punya kemampuan komunikasi yang bagus sehingga bisa mudah menjawab pertanyaan dari mereka.
Palestina identik dengan daerah konflik, tidakkah Anda takut dengan keselamatan jiwa Anda?
Daerah Tepi Barat yang saya pimpin relatif aman, tidak ada kontak senjata di sana. Pertumbuhan ekonominya juga bagus, penghasilan rakyatnya di atas rata-rata. Jadi, saya tidak pernah merasa takut untuk memimpin. Ini semua untuk kemaslahatan umat.
Apa yang Anda pikirkan tentang konflik dengan Israel?
Saya datang ke sini tidak untuk membahas konflik dengan Israel, itu sudah ada bagiannya sendiri. Saya hanya ingin menjadi inspirasi generasi muda Palestina bahwa konflik bisa melahirkan pemimpin-pemimpin andal. Saya ingin pemuda Palestina punya sikap dan membangun peradaban mereka.
Apa perubahan yang Anda rasakan dalam diri Anda setelah menjadi wali kota?
Tentu ada yang berubah dari kepribadian saya. Sekarang, saya lebih memikirkan kepentingan umat.
Bisakah Anda ceritakan kehidupan keluarga Anda?
Saya lahir dalam keluarga yang hangat. Saya hidup dengan Ayah, Ibu, dan lima saudara. Saya anak keempat. Kami hidup dalam satu rumah dan kakak-kakak saya masih belajar di perguruan tinggi. Saat jadi wali kota, saya mendapat dukungan penuh dari keluarga. Mereka sangat mendukung karier politik yang sedang saya jalani. Kami hidup dalam keluarga yang harmonis dan bahagia.
Apa reaksi kawan-kawan setelah Anda jadi wali kota?
Mereka sangat apresiatif dan mendukung. Kami tetap berhubungan, bahkan mereka sering memberikan masukan dan berkomunikasi dengan saya melalui internet. Kami chatting setiap hari dan berdiskusi banyak hal untuk kemajuan Palestina.
Apakah Anda punya pacar?
Tidak, Islam tidak memperbolehkan hubungan laki-laki dan perempuan tanpa status pernikahan, apa pun bentuk hubungan itu. Generasi muda Islam pun tidak seharusnya memikirkan hal itu. Generasi muda Islam harus cerdas membangun peradaban dan kemajuan bangsanya. Terus terang saya tidak punya akun Facebook sebab kadang itu mengganggu aktivitas saya dalam berpikir. Namun, saya tetap mengikuti perkembangan global lewat internet.
Bagaimana Anda melihat masa depan pemuda Palestina?
Saya optimistis kami punya masa depan lebih bagus. Saat ini memang ada banyak pemuda Palestina yang berusaha keluar ke negara lain, misalnya ke Arab Saudi, Mesir, atau negara Timur Tengah lainnya untuk mencari pekerjaan dan mencari wilayah aman. Namun, mereka semua punya komitmen besar untuk tetap jadi warga negara Palestina. Artinya, mereka akan kembali lagi. Kami juga meyakini bahwa Palestina suatu saat akan merdeka dan berdaulat.
Di Indonesia sering ada demonstrasi dukungan terhadap Palestina yang biasanya memakai tagline "Save Palestina". Apa tanggapan Anda?
Saya sangat mengapresiasi perhatian Indonesia terhadap negara kami. Indonesia adalah saudara setia kami sejak tempo dulu. Saya pribadi sangat terinspirasi dengan Ahmad Soekarno (Presiden Pertama Republik Indonesia, Soekarno). Sebab beliau adalah tokoh yang kali pertama bersuara bahwa Palestina adalah negara berdaulat tanpa peduli dengan negara lain yang tidak mengakui kami.
Apakah Indonesia terkenal di negara Anda?
Iya, terutama dengan tokoh Ahmad Soekarno. Kami memanggil Ahmad Soekarno sebab orang Palestina mengenalnya dengan nama itu. Indonesia juga negara Muslim terbesar di dunia. Dukungan dan suara dari Indonesia sangat memberi kami kepercayaan diri. Kami mendapatkan energi lebih ketika Indonesia bersuara lantang dan membela Palestina.
Apa pesan terakhir Anda untuk pemuda Indonesia?
Pemuda Indonesia harus terus maju ke depan. Maju Palestina! Maju Indonesia!
Sabtu, 15 September 2012
Pulau Morotai, Jejak Sekutu dalam Perang Dunia II
Pulau Morotai terletak di utara Pulau Halmahera, Provinsi Maluku Utara. Pulau ini merupakan salah satu pulau paling utara di Indonesia. Kabupaten Pulau Morotai diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri, Mardiyanto, pada 29 Oktober 2008 sebagai hasil pemekaran dari Kabupaten Halmahera Utara.
Keindahan Morotai dengan segudang sejarah dari Perang Dunia II membuatnya dijuluki sebagai “Mutiara di Bibir Pasifik”.
Kota paling besar di Morotai adalah Daruba yang berlokasi di sebelah selatan. Di bagian utara pulau ini berbatas dengan Filipina, di bagian timurnya adalah Samudera Pasifik.
Dengan total populasi sekitar 53.000 jiwa dan luas sekitar 1.800 kilometer persegi. Pulau ini memiliki beberapa pantai dengan pemandangan memukau didampingi oleh rahasia keindahan bawah laut yang menyimpan misteri. Ya, Morotai memiliki beberapa tempat menyelam menarik yang sanggup membuat decak kagum tamu bawah lautnya.
Morotai pada abad ke-15 hingga abad ke-16 berada di bawah kekuasaan Kesultanan Ternate. Misi Yesuit Portugis sempat singgah di sini tetapi tidak diterima Kesultanan Muslim Ternate dan Halmahera sehingga Portugis pun hengkang.
Pulau Morotai lebih terkenal sebagai bagian dari sejarah Perang Dunia II karena dimanfaatkan Jepang kemudian direbut Amerika Serikat pada September 1944. Amerika menggunakan pulau ini sebagai landasan serangan pesawat sebelum menuju Filipina dan Borneo bagian timur. Merupakan basis untuk serangan ke Jawa pada Oktober 1945 yang ditunda setelah penyerahan diri Jepang pada bulan Agustus.
Penduduk lokal di Pulau Morotai yang masih mengingat Perang Dunai II akan bercerita kepada Anda bahwa tahun 1944-1945 tempat ini merupakan lokasi pertempuran sengit dari puluhan pesawat tempur yang menderu ketika lepas landas dan mendarat di sepanjang Teluk Daruba.
Puluhan ribu tentara bertebaran di setiap sudut pulau dan kapal angkatan laut berlabuh membawa pasokan kebutuhan harian tentara. Morotai saat itu merupakan salah satu markas tentara Amerika Serikat saat berperang menghadapi Jepang dalam Perang Pasifik selama Perang Dunia II.
Pada 15 September 1944, tentara sekutu dari Amerika Serikat dan Australia di bawah pimpinan Panglima Pasifik Barat, Jenderal Douglas MacArthur mendarat di Morotai, tepatnya di bagian barat daya pulau ini.
Sebelum kedatangan sekutu ke Morotai, tentara Jepang sudah terlebih dahulu menduduki tempat tersebut dan membangun sebuah landasan pesawat. Jepang kemudian meninggalkan Morotai untuk mendukung pertempuran di Pulau Halmahera.
Ketika itu hanya tersisa sebanyak 500 tentara Jepang di Morotai yang bertugas untuk menjaga pulau tersebut. Oleh karena itu, dengan jumlah tersebut mereka dapat langsung ditaklukkan pasukan Amerika Serikat. Angkatan Laut Jepang berikutnya berusaha merebut kembali pulau ini tetapi gagal.
Ketika Jepang meninggalkan Morotai, Jenderal MacArthur melihat hal tersebut sebagai kesempatan emas untuk mengambil alih karena lokasinya yang strategis untuk merebut kembali Filipina dari Jepang. Sekitar lebih dari 50 ribu tentara sekutu ditempatkan di Morotai dan MacArthur membangun beberapa landasan pesawat dan rumah sakit besar dengan 1.900 tempat tidur di dalamnya.
Selama Perang Dunia II berlangsung, pasukan Sekutu terus menempati Morotai hingga akhirnya Jepang menyerah tahun 1945 dan Pasukan Sekutu meninggalkan pulau tersebut. Sebelum meninggalkannya pasukan Sekutu membakar semua bangunan yang mereka dirikan di Morotai.
Kini, Morotai menjadi saksi sejarah Perang Dunia II dimana kegiatan militer yang kuat pernah beroperasi di pulau tersebut dan peranannya dalam membebaskan Filipina dari pendudukan Jepang hampir terlupakan.
Selasa, 07 Agustus 2012
Kualitas Manusia Super
Suatu hari seorang sahabat nabi, Abu Hurairah-semoga Allah meridhainya-menyaksikan Rasulullah saw berpidato. “Siapakah
di antara kalian yang sanggup mengambil dari aku beberapa nasehat agar
dapat diamalkan dalam hidupnya, atau jika tidak ia dapat mengajarkannya
kepada orang yang siap mengamalkannya?” demikian Rasulullah memulai pidatonya.
Kontan saja, Abu Hurairah yang menyaksikan pidato yang tak biasa itu, jadi penasaran terhadap isi nasehat nabi, dan ia pun langsung mengacungkan tangannya. “Saya wahai Rasulullah” demikian lantang suara Abu Hurairah merespon pertanyaan nabi. Lalu sahabat yang paling banyak merawikan hadis nabi itu menceritakan dan merinci nasehat apa saja yang disampaikan oleh Rasulullah.
Pertama, wahai Abu Hurairah! Jauhilah semua yang Allah haramkan, niscaya engkau adalah manusia yang paling super ibadahnya kepada Allah.
Kedua, puaslah dengan apa yang telah Allah bagikan untukmu, niscaya engkau adalah manusia yang paling super kekayaannya.
Ketiga, berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau adalah mukmin sejati.
Keempat, cintailah orang lain seperti halnya engkau cintai dirimu sendiri, niscaya engkau adalah muslim sejati.
Kelima, jangan kau banyak tertawa karena hal itu akan mematikan hati! Demikian petuah nabi.
Konten nasihat nabi kepada Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-Tirmidzi itu, sesungguhnya amat relevan dengan kehidupan keseharian kita.
Kelima nasihat nabi itu mencakup semua segi hubungan baik seorang hamba Allah kepada Khaliknya, kepada sesama manusia, sikap terhadap pemberian Allah, dan kiat untuk menghidupkan hati kita agar tidak mati dan tumpul. Kelima nasehat nabi itu pun tercakup ke dalam hikmah ibadah puasa Ramadan yang kita jalani.
Pertama, sering kita menilai orang yang taat adalah yang rajin beribadah salat ataupun amaliah lainnya, namun tak jarang orang beribadah sekalipun masih saja melanggar larangan Allah. Banyak yang salat, puasa, bahkan sanggup berzakat dan sudah haji, namun korupsi, sumpah palsu, tuduhan palsu, tender palsu, surat palsu, paspor palsu, dan segala bentuk kepalsuan dan kebohongan masih terus dijalankan dengan efektif baik sendirian maupun berjamaah. Di tingkat individu, keluarga, korporasi maupun penyelenggara negara.
Puasa sejatinya mengajarkan kita untuk taat kepada Allah secara lahiriah maupun batiniah. Secara formal meninggalkan makan, minum dan senggama dan secara batin menampilkan keikhlasan hati dan muraqabatullah (pengawasan Allah) dalam meninggalkan amalan yang halal terlebih lagi yang haram.
Kedua, banyak juga yang masih korupsi, bukan karena tak cukup gaji dan penghasilan, namun karena didorong sifat rakus dan serakah (by greed). Gemerlap dunia dan hedonistik telah membutakan mata hatinya, sehingga tak pernah puas dan cukup dengan rezki yang Allah berikan kepadanya.
Sungguh benar ungkapan Allah, "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur." (At-Takatsur: 1-2)
Orang yang berpuasa telah terbiasa sederhana dan merasakan derita lapar dan hausnya orang-orang fakir miskin. Mereka sejujurnya mengetahui hakikat dunia ini sehingga tak mudah tertipu godaan dunia. Allah berfirman:
"Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid: 20)
Ketiga dan keempat, kesetiakawanan sosial juga inti ajaran Islam. Peduli kepada tetangga dan mencintai sesama manusia, kata nabi, adalah bukti keimanan dan keislaman yang benar. “Bukan golongan kami, orang yang tertidur pulas karena kenyang sementara tetangganya kelaparan!”, tukas nabi. Di lain waktu nabi menegaskan, "Siapa yang tidak perduli dengan urusan kaum muslimin maka dia bukan golongan muslimin".
Ramadan adalah bulan yang sarat dengan ibadah sosial, mulai dari anjuran memberi hidang buka puasa bagi yang membutuhkan, zakat fitrah, sedekah dan menyantuni janda dan anak yatim. Nabi bersabda, "Orang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan janda dan miskin maka ia seperti mujahid (berjuang) di jalan Allah, mendirikan shalat malam tiada jemu dan puasa sepanjang tahun."
Kelima, menjaga kesantunan dan tawadlu dengan tidak banyak tertawa juga dianjurkan agar jiwa kita sehat. Muslim yang berpuasa selalu berupaya melihat kekurangan dan dosanya di hadapan Allah, dan tidak mau terjebak ke dalam perbuatan sia-sia, umbar syahwat dan senda gurau.
Oleh sebab itu, patut disesalkan adanya berbagai tayangan hiburan yang banyolan dan termasuk kategori perbuatan lahwun wa la'ib (senda gurau dan permainan) yang tak mendidik dan cenderung jauh dari semangat puasa di bulan Ramadan ini.
Kelima nasihat itu adalah cerminan kualitas manusia super. Bukan super karena kepongahan, keserakahan, dan kezaliman. Namun super karena kualitas jiwa yang diisi dengan ketaatan, keikhlasan, kerendah hatian, kecintaan dan kehati-hatian. Wallahu a’lam.
dari detikR
Kontan saja, Abu Hurairah yang menyaksikan pidato yang tak biasa itu, jadi penasaran terhadap isi nasehat nabi, dan ia pun langsung mengacungkan tangannya. “Saya wahai Rasulullah” demikian lantang suara Abu Hurairah merespon pertanyaan nabi. Lalu sahabat yang paling banyak merawikan hadis nabi itu menceritakan dan merinci nasehat apa saja yang disampaikan oleh Rasulullah.
Pertama, wahai Abu Hurairah! Jauhilah semua yang Allah haramkan, niscaya engkau adalah manusia yang paling super ibadahnya kepada Allah.
Kedua, puaslah dengan apa yang telah Allah bagikan untukmu, niscaya engkau adalah manusia yang paling super kekayaannya.
Ketiga, berbuat baiklah kepada tetanggamu, niscaya engkau adalah mukmin sejati.
Keempat, cintailah orang lain seperti halnya engkau cintai dirimu sendiri, niscaya engkau adalah muslim sejati.
Kelima, jangan kau banyak tertawa karena hal itu akan mematikan hati! Demikian petuah nabi.
Konten nasihat nabi kepada Abu Hurairah yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan At-Tirmidzi itu, sesungguhnya amat relevan dengan kehidupan keseharian kita.
Kelima nasihat nabi itu mencakup semua segi hubungan baik seorang hamba Allah kepada Khaliknya, kepada sesama manusia, sikap terhadap pemberian Allah, dan kiat untuk menghidupkan hati kita agar tidak mati dan tumpul. Kelima nasehat nabi itu pun tercakup ke dalam hikmah ibadah puasa Ramadan yang kita jalani.
Pertama, sering kita menilai orang yang taat adalah yang rajin beribadah salat ataupun amaliah lainnya, namun tak jarang orang beribadah sekalipun masih saja melanggar larangan Allah. Banyak yang salat, puasa, bahkan sanggup berzakat dan sudah haji, namun korupsi, sumpah palsu, tuduhan palsu, tender palsu, surat palsu, paspor palsu, dan segala bentuk kepalsuan dan kebohongan masih terus dijalankan dengan efektif baik sendirian maupun berjamaah. Di tingkat individu, keluarga, korporasi maupun penyelenggara negara.
Puasa sejatinya mengajarkan kita untuk taat kepada Allah secara lahiriah maupun batiniah. Secara formal meninggalkan makan, minum dan senggama dan secara batin menampilkan keikhlasan hati dan muraqabatullah (pengawasan Allah) dalam meninggalkan amalan yang halal terlebih lagi yang haram.
Kedua, banyak juga yang masih korupsi, bukan karena tak cukup gaji dan penghasilan, namun karena didorong sifat rakus dan serakah (by greed). Gemerlap dunia dan hedonistik telah membutakan mata hatinya, sehingga tak pernah puas dan cukup dengan rezki yang Allah berikan kepadanya.
Sungguh benar ungkapan Allah, "Bermegah-megahan telah melalaikan kamu, sampai kamu masuk ke dalam kubur." (At-Takatsur: 1-2)
Orang yang berpuasa telah terbiasa sederhana dan merasakan derita lapar dan hausnya orang-orang fakir miskin. Mereka sejujurnya mengetahui hakikat dunia ini sehingga tak mudah tertipu godaan dunia. Allah berfirman:
"Ketahuilah, bahwa Sesungguhnya kehidupan dunia Ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah-megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning kemudian menjadi hancur dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu." (Al-Hadid: 20)
Ketiga dan keempat, kesetiakawanan sosial juga inti ajaran Islam. Peduli kepada tetangga dan mencintai sesama manusia, kata nabi, adalah bukti keimanan dan keislaman yang benar. “Bukan golongan kami, orang yang tertidur pulas karena kenyang sementara tetangganya kelaparan!”, tukas nabi. Di lain waktu nabi menegaskan, "Siapa yang tidak perduli dengan urusan kaum muslimin maka dia bukan golongan muslimin".
Ramadan adalah bulan yang sarat dengan ibadah sosial, mulai dari anjuran memberi hidang buka puasa bagi yang membutuhkan, zakat fitrah, sedekah dan menyantuni janda dan anak yatim. Nabi bersabda, "Orang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan janda dan miskin maka ia seperti mujahid (berjuang) di jalan Allah, mendirikan shalat malam tiada jemu dan puasa sepanjang tahun."
Kelima, menjaga kesantunan dan tawadlu dengan tidak banyak tertawa juga dianjurkan agar jiwa kita sehat. Muslim yang berpuasa selalu berupaya melihat kekurangan dan dosanya di hadapan Allah, dan tidak mau terjebak ke dalam perbuatan sia-sia, umbar syahwat dan senda gurau.
Oleh sebab itu, patut disesalkan adanya berbagai tayangan hiburan yang banyolan dan termasuk kategori perbuatan lahwun wa la'ib (senda gurau dan permainan) yang tak mendidik dan cenderung jauh dari semangat puasa di bulan Ramadan ini.
Kelima nasihat itu adalah cerminan kualitas manusia super. Bukan super karena kepongahan, keserakahan, dan kezaliman. Namun super karena kualitas jiwa yang diisi dengan ketaatan, keikhlasan, kerendah hatian, kecintaan dan kehati-hatian. Wallahu a’lam.
dari detikR
Jumat, 06 April 2012
Mencetak Pemimpin Bernurani dari Sekolah
Agar sukses menjadi pribadi yang efektif di masa datang, setiap anak seharusnya tidak hanya mampu menguasasi keterampilan dasar seperti membaca, memahami ilmu pengetahuan atau matematika saja, tetapi juga perlu menguasai keterampilan dalam berinteraksi sosial dan selalu me
mperbaiki kemampuan dirinya.
Tugas mengajarkan kemampuan tersebut tentu tidak bisa dibilang mudah. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah melalui program The Leader in Me (TLIM), yakni program berlisensi FranklinCovey yang menanamkan kepemimpinan di seluruh aspek sekolah.
Program ini memberikan kesempatan tidak hanya kepada siswa, tetapi juga kepada guru, manajemen sekolah, hingga orang tua murid untuk memiliki karakter kepemimpinan melalui prinsip universal 7 habits. Yakni, be proactive, begin with the end in mind, put first things first, think win-win, seek first to understand-then to be understand, synergize, dan sharpen the saw.
Menurut Rasyid Izada, pembina Yayasan An-Nisaa, yang sudah menjalankan program TLIM di sekolahnya, program ini sangat menunjang ajaran 10 adab yang sudah lebih dulu ditanamkan di sekolahnya sejak jenjang TK hingga SMA.
Kesepuluh adab itu adalah damai, syukur, peduli, jujur, amanah, disiplin, kebersamaan, rendah hati, sabar, dan ikhlas. Akan tetapi,menurut Rasyid, 10 adab itu dinilainya masih belum sempurna. Setidaknya setelah ia mengenal program the leader in me.
"Setelah kami pelajari, program the leader in me ini baik digunakan sebagai penunjang 10 adab. Kami ingin mencetak true leadership yang berhati nurani. Karena pemimpin sekarang banyak yang tidak bernurani," ungkapnya di sela acara Leadership Day di Jakarta (3/4).
Sementara itu, ditemui terpisah, Executive Director PSKD Mandiri, Tya Adhitama mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, program the leader in me merupakan infrastruktur yang mendukung pembangunan karakter siswa di sekolah dengan tujuan mencetak pemimpin masa depan yang efektif.
Atas dasar keberhasilannya menerapkan program tersebut, PSKD Mandiri menjadi sekolah pertama di dunia (di luar Amerika Serikat) yang menjadi benchmark dalam penerapan program the leader in me.
"Tujuan kami ingin mencetak pemimpin yang memiliki karakter nasional. Pemimpin yang efektif bukan karena memiliki jabatan, tapi memiliki jiwa kepemimpinan dari dalam dirinya," pungkas Tya.
Penerapan program TLIM di sekolah antara lain berusaha menanamkan pola pikir pentingnya pembuatan perencanaan, penentuan skala prioritas, kerja sama, pentingnya mendengarkan orang lain sebelum kita berbicara, serta pentingnya memiliki kehidupan yang seimbang.
Salah satu kisah keberhasilan program TLIM di Amerika Serikat terjadi di AB Combs Leadership Magnet Elementary School, sebuah sekolah dasar negeri di Amerika. Bersama dengan staf sekolah, Muriel mengembangkan sekolah berbasis karakter kepemimpinan dengan menengali dan mengembangkan bakat unik yang dimiliki setiap siswa serta membangun kekuatan yang mereka miliki. Di bawah kepemimpinan Summers, dari tahun ke tahun sekolahnya berhasil meraih prestasi akademis di atas rata-rata.
Keberhasilan yang diraih sekolah tersebut juga mengantarkan A.B.Combs meraih berbagai penghargaan antara lain the Number One National Magnet School in America hingga the National Elementary School of the Year.
Tugas mengajarkan kemampuan tersebut tentu tidak bisa dibilang mudah. Salah satu upaya untuk mewujudkannya adalah melalui program The Leader in Me (TLIM), yakni program berlisensi FranklinCovey yang menanamkan kepemimpinan di seluruh aspek sekolah.
Program ini memberikan kesempatan tidak hanya kepada siswa, tetapi juga kepada guru, manajemen sekolah, hingga orang tua murid untuk memiliki karakter kepemimpinan melalui prinsip universal 7 habits. Yakni, be proactive, begin with the end in mind, put first things first, think win-win, seek first to understand-then to be understand, synergize, dan sharpen the saw.
Menurut Rasyid Izada, pembina Yayasan An-Nisaa, yang sudah menjalankan program TLIM di sekolahnya, program ini sangat menunjang ajaran 10 adab yang sudah lebih dulu ditanamkan di sekolahnya sejak jenjang TK hingga SMA.
Kesepuluh adab itu adalah damai, syukur, peduli, jujur, amanah, disiplin, kebersamaan, rendah hati, sabar, dan ikhlas. Akan tetapi,menurut Rasyid, 10 adab itu dinilainya masih belum sempurna. Setidaknya setelah ia mengenal program the leader in me.
"Setelah kami pelajari, program the leader in me ini baik digunakan sebagai penunjang 10 adab. Kami ingin mencetak true leadership yang berhati nurani. Karena pemimpin sekarang banyak yang tidak bernurani," ungkapnya di sela acara Leadership Day di Jakarta (3/4).
Sementara itu, ditemui terpisah, Executive Director PSKD Mandiri, Tya Adhitama mengungkapkan hal serupa. Menurutnya, program the leader in me merupakan infrastruktur yang mendukung pembangunan karakter siswa di sekolah dengan tujuan mencetak pemimpin masa depan yang efektif.
Atas dasar keberhasilannya menerapkan program tersebut, PSKD Mandiri menjadi sekolah pertama di dunia (di luar Amerika Serikat) yang menjadi benchmark dalam penerapan program the leader in me.
"Tujuan kami ingin mencetak pemimpin yang memiliki karakter nasional. Pemimpin yang efektif bukan karena memiliki jabatan, tapi memiliki jiwa kepemimpinan dari dalam dirinya," pungkas Tya.
Penerapan program TLIM di sekolah antara lain berusaha menanamkan pola pikir pentingnya pembuatan perencanaan, penentuan skala prioritas, kerja sama, pentingnya mendengarkan orang lain sebelum kita berbicara, serta pentingnya memiliki kehidupan yang seimbang.
Salah satu kisah keberhasilan program TLIM di Amerika Serikat terjadi di AB Combs Leadership Magnet Elementary School, sebuah sekolah dasar negeri di Amerika. Bersama dengan staf sekolah, Muriel mengembangkan sekolah berbasis karakter kepemimpinan dengan menengali dan mengembangkan bakat unik yang dimiliki setiap siswa serta membangun kekuatan yang mereka miliki. Di bawah kepemimpinan Summers, dari tahun ke tahun sekolahnya berhasil meraih prestasi akademis di atas rata-rata.
Keberhasilan yang diraih sekolah tersebut juga mengantarkan A.B.Combs meraih berbagai penghargaan antara lain the Number One National Magnet School in America hingga the National Elementary School of the Year.
Sabtu, 31 Maret 2012
Universitas Gadjah Mada Yogyakarta meluncurkan mobil listrik rendah emisi sebagai sarana transportasi di lingkungan kampus. Dengan mobil ini diharapkan kampus UGM akan menjadi kampus educopolis yang terbebas dari polusi udara dan kebisingan.
Dr Jayan Sentanuhady, koordinator program mobil listrik rendah emisi U
GM, mengatakan, mobil ini telah dikembangkan sejak tahun 2011 lalu. Mobil listrik rendah emisi yang saat ini diluncurkan berkapasitas 4-8 penumpang dan akan terus ditingkatkan menjadi berkapasitas 22 penumpang pada tahun 2014 mendatang.
"Pada tahap awal pengembangan mobil ini berbasis reserve engineering dan didesain oleh tim Semar UGM. Kandungan komponen lokal mobil ini mencapai 50 persen dan akan terus ditingkatkan," kata Jayan dalam acara peluncuran, Rabu (28/3/2012).
Lebih lanjut, Jayan mengatakan, pada pengembangan berikutnya diharapkan kandungan komponen lokalnya mencapai 70 persen, dan teknologi yang dikembangkan adalah teknologi hibrida dengan baterai sebagai penggerak utama primer, serta solar sel dan CNG dedicated engine sebagai penggerak utama sekunder.
"Sistem transportasi hemat energi ini diharapkan dapat menjadi model untuk dikembangkan pada skala nasional. Sementara ini UGM baru membuat satu mobil, tapi teknologinya sudah kita kuasai. Mobil ini akan digunakan di lingkungan UGM, bagi para tamu UGM atau warga UGM yang membutuhkan," lanjut Jayan.
Di UGM sendiri saat ini hampir 30.000 kendaraan bermotor keluar masuk kampus setiap harinya. Hal itu menyebabkan kenyamanan belajar mengajar di kampus tidak maksimal akan polusi udara dan kebisingan.
Dr Jayan Sentanuhady, koordinator program mobil listrik rendah emisi U
"Pada tahap awal pengembangan mobil ini berbasis reserve engineering dan didesain oleh tim Semar UGM. Kandungan komponen lokal mobil ini mencapai 50 persen dan akan terus ditingkatkan," kata Jayan dalam acara peluncuran, Rabu (28/3/2012).
Lebih lanjut, Jayan mengatakan, pada pengembangan berikutnya diharapkan kandungan komponen lokalnya mencapai 70 persen, dan teknologi yang dikembangkan adalah teknologi hibrida dengan baterai sebagai penggerak utama primer, serta solar sel dan CNG dedicated engine sebagai penggerak utama sekunder.
"Sistem transportasi hemat energi ini diharapkan dapat menjadi model untuk dikembangkan pada skala nasional. Sementara ini UGM baru membuat satu mobil, tapi teknologinya sudah kita kuasai. Mobil ini akan digunakan di lingkungan UGM, bagi para tamu UGM atau warga UGM yang membutuhkan," lanjut Jayan.
Di UGM sendiri saat ini hampir 30.000 kendaraan bermotor keluar masuk kampus setiap harinya. Hal itu menyebabkan kenyamanan belajar mengajar di kampus tidak maksimal akan polusi udara dan kebisingan.
Selasa, 27 Maret 2012
Padapu, Surga Kecil di Teluk Tomini
Sisa kerusuhan besar tahun 2000 sudah tak ada lagi di Poso, Sulawesi Tengah. Namun kenangan pahit akan peristiwa diluar nalar itu tetap membekas dalam ingatan warga. "Warga sini sudah semakin rasional, tiada mudah dihasut. Sekarang kami terus berusaha membangun sekalipun bayangan kerusuhan itu masih teringat," tutur Nurdin (42), pengelola penginapan Julijus di Tagolu, Kecamatan Lage, Kabupaten Poso.
Tagolu berjarak hanya tujuh kilometer dari kota Poso. Letaknya persis di pertigaan jalan poros Trans Sulawesi yang menuju Ampana dan Tentena.
Ke kota itu kami singgah semalam, Minggu (11/3/2012), dalam perjalanan bersepeda dari Tentena menuju Ampana.
Dulu sebelum kerusuhan, Tagolu merupakan salah satu sentra pembuatan aneka suvenir berbahan kayu hitam khas Poso. Suvenir seperti jam dinding, asbak, hiasan dinding dibuat oleh perajin asal Jawa.
"Sepanjang pinggir jalan ini orang buka usaha pembuatan sekaligus penjualan suvenir dari kayu hitam. Saat kerusuhan, para perajin menghilang dan sekarang mereka pindah ke kota," tutur Nurdin sambil menunjuk sederetan kios kosong yang pintunya tertutup rapat di pinggir Jalan Raya Trans Sulawesi seberang penginapan.
Hingga kini kios-kios itu masih tetap kosong. Belum ada usaha baru yang mengisinya, tanda roda ekonomi setempat belum benar-benar pulih seperti sebelum kerusuhan.
Penginapan yang dikelola Nurdin baru buka setahun lalu. Kamar-kamarnya mirip rumah kos dengan tarif Rp 75.000-Rp 125.000 per kamar.
Satu-satunya penginapan di Tagolu itu cukup layak jadi tempat singgah dalam perjalanan bersepeda di Sulawesi. Lahan parkir luas, kamar bersih, dan kita leluasa untuk cuci-jemur pakaian.
Sesudah sarapan nasi kuning yang lezat di warung dekat pertigaan, kami melesat ke arah Tojo. Jalan langsung mendaki landai berkelok-kelok melipir punggungan. Di beberapa titik, jalanan amblas. Interval kendaraan bermotor lewat tiga sampai lima menit, ideal sekali bagi turing bersepeda.
Di desa Tongku, kami melintasi sabana yang menghijaukan perbukitan. Ternak sapi dan kambing dibiarkan berkeliaran merumput. Beberapa hewan berjalan bebas di jalanan yang sepi kendaraan.
Tadinya tujuan kami adalah Tojo yang berjarak 76 km. Namun saat tiba di Tojo kami mendapat informasi soal Padapu yang masih 25 km di depan. Maka kami teruskan saja menggowes kesana.
Dusun itu sebenarnya hanya sekumpulan warung makan di pinggiran laut. Lingkungan yang asri membuatnya sangat layak dijadikan tempat perhentian dalam perjalanan bersepeda menuju Ampana.
Rupanya, kenangan buruk akan kerusuhan juga masih membekas dalam benak Un Tengker, pemilik penginapan Sahabat di Padapu. Un yang kami panggil tante, kehilangan adik iparnya saat kerusuhan itu.
"Tapi semua so berlalu, toh. So tak ada lagi kerusuhan. Orang so sadar tak ada guna baku bunuh, hanya bikin orang ketakutan datang kemari," tutur tante Un yang masih segar bugar di usianya yang lanjut.
Apa yang dikatakan tante Un benar adanya. Selama beberapa hari di wilayah yang disebut-sebut masih rawan itu, tak ada kekhawatiran sama sekali soal keamanan atau kriminal jalanan. Yang ada hanya keindahan alam luar biasa dan keramahtamahan penduduknya yang melekat di hati kami. Sulit membayangkan ketenangan wilayah ini terkoyak begitu saja oleh kerusuhan sesaat.
Padapu masuk wilayah Kecamatan Podi, Kabupaten Tojo Una-una (Touna). Letaknya di teluk kecil yang kami capai setelah menyusuri jalan aspal mulus berpagar gunung karang tinggi dan laut dalam membiru Teluk Tomini.
Sebelum masuk Padapu, kami saksikan sisa-sisa kedahsyatan banjir besar Sungai Podi pada 2001. Banjir menimbulkan kerusakan besar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Katopas. Endapan pasir tebal dan material dari gunung menutupi sisi jalan.
"Ada tiga danau alam di kaki gunung, salah satunya ambrol sehingga terjadi banjir. Kejadiannya siang hari, tidak ada korban tapi jalanan terputus dan baru tiga tahun kemudian diperbaiki," tutur Ronald Sumual, anak tante Un.
Suasana Padapu terasa tenteram. Serangga hutan bernyanyi sepanjang hari. Suaranya berpadu dengan riak ombak kecil memecah pantai berbatu bulat yang membentang di depan rumah. Iramanya harmonis sekali. Di samping rumah, mengalir sungai jernih yang airnya dingin.
Listrik dari genset hanya mengalir pukul 18.00-20.00 di penginapan sederhana bertarif Rp 50.000 semalam itu. Satu kamar bisa diisi sampai empat orang. Sekalipun ada tiang listrik berdiri dekat penginapan, aliran listrik lebih sering 'byar pet' sehingga para pemilik warung membeli genset sendiri.
Setelah membongkar muatan sepeda, Ocat dan Abidin langsung terjun ke laut. Untuk membilas tubuh, mereka lalu berendam di air sungai. Ah, Padapu benar-benar seperti surga kecil di sudut Teluk Tomini yang tenang.
Tante Un mengatakan, sejak buka penginapan 12 tahun lalu tempatnya kerap disinggahi turis asing yang datang dengan bersepeda. Beberapa kelompok berjumlah lima sampai 15 orang mengikuti paket perjalanan turing dengan dukungan kendaraan yang berjalan di belakang.
"Kelompok lain yang jalan sendirian atau berdua-bertiga. Tak ada yang kawal, semua barang dibawa sendiri di sepeda, persis seperti kita ini," tutur tante.
Setelah kerusuhan, rombongan pengelana asing itu menghilang. Mereka baru muncul lagi setelah 2005. Namun sampai sekarang jumlahnya tak sebanyak dulu lagi.
"Orang sini so biasa lihat bule bersepeda. Tapi kalau orang lokal bersepeda seperti kita, belum pernah lihat, makanya mereka bilang kita bule palsu," tutur tante Un sambil tertawa lepas.
Gaya bicaranya yang ceplas ceplos dan suasana sore itu membuat kami betah ngobrol ngalor ngidul di beranda rumah. Kelelahan setelah seharian gowes nyaris tak terasa.
Di ufuk barat, mentari mulai terbenam. Semburat warna jingganya mengantar kami menyambut malam yang begitu tenang di Padapu.
Tagolu berjarak hanya tujuh kilometer dari kota Poso. Letaknya persis di pertigaan jalan poros Trans Sulawesi yang menuju Ampana dan Tentena.
Ke kota itu kami singgah semalam, Minggu (11/3/2012), dalam perjalanan bersepeda dari Tentena menuju Ampana.
Dulu sebelum kerusuhan, Tagolu merupakan salah satu sentra pembuatan aneka suvenir berbahan kayu hitam khas Poso. Suvenir seperti jam dinding, asbak, hiasan dinding dibuat oleh perajin asal Jawa.
"Sepanjang pinggir jalan ini orang buka usaha pembuatan sekaligus penjualan suvenir dari kayu hitam. Saat kerusuhan, para perajin menghilang dan sekarang mereka pindah ke kota," tutur Nurdin sambil menunjuk sederetan kios kosong yang pintunya tertutup rapat di pinggir Jalan Raya Trans Sulawesi seberang penginapan.
Hingga kini kios-kios itu masih tetap kosong. Belum ada usaha baru yang mengisinya, tanda roda ekonomi setempat belum benar-benar pulih seperti sebelum kerusuhan.
Penginapan yang dikelola Nurdin baru buka setahun lalu. Kamar-kamarnya mirip rumah kos dengan tarif Rp 75.000-Rp 125.000 per kamar.
Satu-satunya penginapan di Tagolu itu cukup layak jadi tempat singgah dalam perjalanan bersepeda di Sulawesi. Lahan parkir luas, kamar bersih, dan kita leluasa untuk cuci-jemur pakaian.
Sesudah sarapan nasi kuning yang lezat di warung dekat pertigaan, kami melesat ke arah Tojo. Jalan langsung mendaki landai berkelok-kelok melipir punggungan. Di beberapa titik, jalanan amblas. Interval kendaraan bermotor lewat tiga sampai lima menit, ideal sekali bagi turing bersepeda.
Di desa Tongku, kami melintasi sabana yang menghijaukan perbukitan. Ternak sapi dan kambing dibiarkan berkeliaran merumput. Beberapa hewan berjalan bebas di jalanan yang sepi kendaraan.
Tadinya tujuan kami adalah Tojo yang berjarak 76 km. Namun saat tiba di Tojo kami mendapat informasi soal Padapu yang masih 25 km di depan. Maka kami teruskan saja menggowes kesana.
Dusun itu sebenarnya hanya sekumpulan warung makan di pinggiran laut. Lingkungan yang asri membuatnya sangat layak dijadikan tempat perhentian dalam perjalanan bersepeda menuju Ampana.
Rupanya, kenangan buruk akan kerusuhan juga masih membekas dalam benak Un Tengker, pemilik penginapan Sahabat di Padapu. Un yang kami panggil tante, kehilangan adik iparnya saat kerusuhan itu.
"Tapi semua so berlalu, toh. So tak ada lagi kerusuhan. Orang so sadar tak ada guna baku bunuh, hanya bikin orang ketakutan datang kemari," tutur tante Un yang masih segar bugar di usianya yang lanjut.
Apa yang dikatakan tante Un benar adanya. Selama beberapa hari di wilayah yang disebut-sebut masih rawan itu, tak ada kekhawatiran sama sekali soal keamanan atau kriminal jalanan. Yang ada hanya keindahan alam luar biasa dan keramahtamahan penduduknya yang melekat di hati kami. Sulit membayangkan ketenangan wilayah ini terkoyak begitu saja oleh kerusuhan sesaat.
Padapu masuk wilayah Kecamatan Podi, Kabupaten Tojo Una-una (Touna). Letaknya di teluk kecil yang kami capai setelah menyusuri jalan aspal mulus berpagar gunung karang tinggi dan laut dalam membiru Teluk Tomini.
Sebelum masuk Padapu, kami saksikan sisa-sisa kedahsyatan banjir besar Sungai Podi pada 2001. Banjir menimbulkan kerusakan besar di sepanjang aliran sungai yang berhulu di Gunung Katopas. Endapan pasir tebal dan material dari gunung menutupi sisi jalan.
"Ada tiga danau alam di kaki gunung, salah satunya ambrol sehingga terjadi banjir. Kejadiannya siang hari, tidak ada korban tapi jalanan terputus dan baru tiga tahun kemudian diperbaiki," tutur Ronald Sumual, anak tante Un.
Suasana Padapu terasa tenteram. Serangga hutan bernyanyi sepanjang hari. Suaranya berpadu dengan riak ombak kecil memecah pantai berbatu bulat yang membentang di depan rumah. Iramanya harmonis sekali. Di samping rumah, mengalir sungai jernih yang airnya dingin.
Listrik dari genset hanya mengalir pukul 18.00-20.00 di penginapan sederhana bertarif Rp 50.000 semalam itu. Satu kamar bisa diisi sampai empat orang. Sekalipun ada tiang listrik berdiri dekat penginapan, aliran listrik lebih sering 'byar pet' sehingga para pemilik warung membeli genset sendiri.
Setelah membongkar muatan sepeda, Ocat dan Abidin langsung terjun ke laut. Untuk membilas tubuh, mereka lalu berendam di air sungai. Ah, Padapu benar-benar seperti surga kecil di sudut Teluk Tomini yang tenang.
Tante Un mengatakan, sejak buka penginapan 12 tahun lalu tempatnya kerap disinggahi turis asing yang datang dengan bersepeda. Beberapa kelompok berjumlah lima sampai 15 orang mengikuti paket perjalanan turing dengan dukungan kendaraan yang berjalan di belakang.
"Kelompok lain yang jalan sendirian atau berdua-bertiga. Tak ada yang kawal, semua barang dibawa sendiri di sepeda, persis seperti kita ini," tutur tante.
Setelah kerusuhan, rombongan pengelana asing itu menghilang. Mereka baru muncul lagi setelah 2005. Namun sampai sekarang jumlahnya tak sebanyak dulu lagi.
"Orang sini so biasa lihat bule bersepeda. Tapi kalau orang lokal bersepeda seperti kita, belum pernah lihat, makanya mereka bilang kita bule palsu," tutur tante Un sambil tertawa lepas.
Gaya bicaranya yang ceplas ceplos dan suasana sore itu membuat kami betah ngobrol ngalor ngidul di beranda rumah. Kelelahan setelah seharian gowes nyaris tak terasa.
Di ufuk barat, mentari mulai terbenam. Semburat warna jingganya mengantar kami menyambut malam yang begitu tenang di Padapu.
Gorontalo, "The Hidden Paradise..."
Bukan tanpa alasan jika Gorontalo disebut-sebut sebagai the hidden paradise. Setidaknya bagi para penggemar diving, perairan sekitar kota itu benar-benar seperti kepingan surga yang hilang.
Pagi-pagi benar kapal feri KMP Tanjung Api merapat di Pelabuhan Gorontalo, Kamis (15/3/2012). Kami dijemput Budi Satria, teman yang sudah lama tinggal di Gorontalo.
Setelah sarapan, anggota Mahitala Unpar itu mengajak ke Kurenai, sekitar lima kilometer dari pelabuhan. Kami akan menyelam di perairan bekas lokasi pabrik pengolahan ikan yang sudah tak terpakai itu.
Kurenai merupakan satu dari 20 dive spot yang ada di Gorontalo, termasuk Olele, Biluhu, dan lainnya. Sekitar 80 persen lokasi diving dapat dicapai dengan kendaraan dan tak jauh dari tepi pantai (shore dive).
Eksplorasi lokasi diving di Gorontalo dimulai sekitar tahun 2000. Dilihat dari berbagai faktor, lokasi diving disana dapat disebut kelas dunia. Temperatur perairannya relatif hangat dan arusnya tidak terlalu kuat.
"Perairan ini jadi daerah main binatang besar seperti white shark dan binatang-binatang sangat kecil. Ini jadi tempat perburuan yang menyenangkan bagi fotografer yang berburu foto makro," tutur Budi, pemegang sertifikat Advance dari PADI.
Tipikal karang yang terbentuk juga lengkap variasinya. Mulai dari terumbu karang yang slope, jurang (drop off). "Kalau mau menyelam di bangkai kapal karam (wreck dive), ada dua spot disini. Kapal Cendrawasih di dekat pelabuhan feri dan di Leato kapal kargo Jepang," tutur Budi.
Wawan Iko, instruktur Tomini Dive Center yang ikut bersama kami lalu memberi briefing singkat teknik menyelam. Saya, Ocat, dan Abidin lalu mengenakan wetsuit, BCD (Bouyancy Control Device), pemberat, masker, fin, dan menyandang tangki oksigen. Sementara Devin memilih menghindari kegiatan itu.
Sesi pertama kami gunakan untuk berlatih dan menyesuaikan diri dengan peralatan selam dan lingkungan bawah air. Sesi kedua kami keluar dari dermaga dan menyusuri terumbu karang slope sampai kedalaman 18 meter.
Pada kedalaman sepuluhan meter, kami temukan Salvador Dali, sponge yang sangat populer dan endemik perairan setempat. Bentuknya seperti cerobong asap besar berwarna coklat gelap dengan ukir-ukiran indah di pinggirannya. Pantas ia dinamai seperti mirip lukisan sang maestro.
Saya sempat bermain-main dengan clawn fish yang berenang di sekitar anemon warna warni. Lebih ke bawah, table coral yang bertingkat-tingkat dengan diameter dua sampai tiga meter mirip cendawan yang sengaja ditanam di dinding. Ia berpadu dengan karang kipas (sea vent) yang besar-besar dan anggun, anemon, dan berbagai jenis karang lainnya.
Rasanya seperti sedang berada di taman dengan latar belakang kebiruan yang aneh. Ikan-ikan seperti puffer fish, butterfly fish, kuda laut, pedang-pedangan, bintang laut, dan ribuan jenis ikan warna-warni bermain di taman itu.
Tanpa terasa, sudah 30 menit kami berada di bawah laut. Oksigen dalam tangki pun sudah menipis. Perlahan kami naik ke permukaan dan berenang ke daratan.
Rasanya seperti terbangun dari mimpi dan kembali ke dunia nyata. Saya jadi paham mengapa kota ini dijuluki the hidden paradise. Tak perlu pergi jauh-jauh dari tepi pantai dan kami bisa menemukan taman laut yang amat indah dan terjaga keasriannya.
"Seumur-umur baru kali ini diving, langsung ketemu pemandangan cantik. Ini nggak akan terlupakan," tutur Ocat.
Penyelaman memberi warna lain dari perjalanan bersepeda jarak jauh yang sudah hampir dua minggu kami jalani. Dalam kegiatan yang didukung PT Mud King Asia Pasifik Raya dan PT Bajau Escorindo itu kami sudah menempuh hampir 1.000 kilometer bersepeda dari Makassar.
Menurut Budi, keindahan dan kelengkapan hewan mikro di perairan Gorontalo dapat disejajarkan dengan yang ada di Lembeh, Bitung. Lokasi itu sangat populer di kalangan fotografer diving sebagai tempat berburu foto makro hewan-hewan unik di dasar laut berpasir (muck dive).
Bertemu sesama
Saat akan meninggalkan kota Gorontalo keesokan harinya, kami berpapasan dengan Merlin Peterson (32) dan Christine (28). Pasangan pesepeda asal AS itu sudah dua bulan berkeliling Sulawesi dengan sepeda. "Sekarang kami siap-siap kembali ke rumah lewat Makassar," tutur Merlin yang sehari-hari teknisi komputer.
Keduanya mengaku sangat kagum dengan keindahan Sulawesi. Mereka berencana kembali lagi setelah menabung dulu karena ada beberapa lokasi luput didatangi, termasuk sekitaran Danau Poso. Tahun sebelumnya mereka menjelajahi kawasan Nusa Tenggara.
Sepanjang penjelajahan di Sulawesi tidak gangguan berarti yang mereka temui. Tak hanya menyusuri jalan raya, mereka juga menjelajah ke hutan-hutan dengan medan off-road. "Kemana-mana aman, tidak ada gangguan. Kami malah sering dibantu sama penduduk," tutur Christine yang sudah bisa berbahasa Indonesia sedikit-sedikit.
Selain dengan sepeda penuh barang bawaan, kesamaan diantara kami semua selama menjelajah Sulawesi adalah dipanggil 'mister' oleh warga sepanjang jalan. Kami tertawa menyadari itu semua. "Senang sekali akhirnya bertemu sesama pesepeda. Apalagi pesepeda lokal yang jadi barang langka disini," canda Christine.
Saat kami akan berpisah, Merlin berpesan 'Keep the rubber side down'. Maksudnya, tetap berhati-hati di jalan. Ah, senangnya bertemu sesama pengelana bersepeda.
Dua Cara Enak Cegah Hipertensi
Ingin terhindar dari penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi? Cobalah untuk mengonsumsi kedelai dan kismis secara teratur. Riset terbaru para ilmuwan mengindikasikan, konsumsi dua jenis makanan ini patut dipertimbangkan sebagai salah satu bagian dari gaya hidup untuk mencegah hipertensi atau tekanan darah tinggi.
Dua penelitian
yang dipresentasikan pada American College of Cardiology Conference pekan lalu menunjukkan, kismis dan kedelai dapat membantu mencegah hipertensi. Menurut salah seorang peneliti, mengunyah segenggam kismis tiga kali sehari dapat membantu menurunkan tekanan darah pada mereka yang memiliki tensinya sedikit di atas rata-rata (pra-hipertensi) setelah beberapa minggu.
Dalam risetnya, peneliti melakukan pengujian secara acak melibatkan 46 orang dengan kondisi pra-hipertensi. Peserta studi diketahui memiliki tekanan darah berkisar antara 120 per 80 militer merkuri (mm Hg) sampai 139 per 89 mm Hg atau lebih tinggi dari tekanan darah orang normal.
Dibandingkan dengan orang yang sering mengonsumsi makanan ringan seperti kue atau biskuit, kelompok pemakan kismis secara signifikan mengalami penurunan tekanan darah atau tekanan darah sistolik sebesar 10,2, atau tujuh persen selama 12-minggu masa studi. Para peneliti tidak mengetahui secara pasti mengapa kismis dapat bekerja efektif dalam menurunkan tekanan darah. Tetapi, mereka berpikir hal ini mungkin disebabkan karena tingginya kadar kalium buah kismis tersebut.
"Kismis kaya akan kandungan kalium, yang telah dikenal manfaatnya untuk menurunkan tekanan darah," kata pemimpin penelitian, Harold Bays, direktur medis dari Louisville Metabolic and Atherosclerosis Research Center.
"Kismis juga merupakan sumber yang baik dari antioksidan yang dapat mengubah biokimia pada pembuluh darah, yang pada gilirannya dapat mengurangi tekanan darah," tambahnya.
Segenggam kismis (sekitar 60 biji kismis) mengandung satu gram serat dan 212 miligram potasium. Kismis sering direkomendasikan sebagai bagian dari diet tinggi serat dan rendah lemak untuk mengurangi tekanan darah.
Sementara pada studi yang lain, di mana melihat khasiat kedelai, menunjukkan bahwa asupan makanan harian seperti tahu, kacang, dan teh hijau dapat membantu menurunkan tekanan darah lebih dari 5.100 orang kulit putih Afrika Amerika berusia 18-30 tahun. Penelitian ini dimulai pada tahun 1985. Di sini, setiap peserta diminta untuk melaporkan sendiri data tentang apa yang mereka makan.
Mereka yang mengonsumsi sekitar 2,5 atau lebih miligram isoflavon per hari - komponen utama dalam kedelai - tekanan darah sistolik turun secara signifikan (rata-rata 5,5 mmHg lebih rendah) ketimbang mereka yang makan kurang dari 0,33 mg per hari. Segelas susu kedelai mengandung sekitar 22 mg isoflavon, atau hampir 10 kali jumlah yang dibutuhkan.
"Temuan kami menunjukkan adanya manfaat dari konsumsi isoflavon secara moderat pada orang dewasa hitam dan putih dalam mengatur tekanan darah," kata Safiya Richardson, peneliti utama studi tersebut.
Richardson menambahkan, konsumsi kedelai bisa menjadi cara untuk orang dengan pra-hipertensi agar tidak menjadi hipertensi. Kedelai dan isoflavon bekerja dengan meningkatkan enzim yang membuat oksida nitrat, yang pada gilirannya membantu untuk memperlebar pembuluh darah dan mengurangi tekanan darah.
"Berdasarkan hasil temuan ini dan studi sebelumnya, kita mendorong orang dewasa untuk memasukkan produk kedelai dalam diet harian mereka untuk mengurangi kemungkinan terkena tekanan darah tinggi," kata Richardson.
Dua penelitian
yang dipresentasikan pada American College of Cardiology Conference pekan lalu menunjukkan, kismis dan kedelai dapat membantu mencegah hipertensi. Menurut salah seorang peneliti, mengunyah segenggam kismis tiga kali sehari dapat membantu menurunkan tekanan darah pada mereka yang memiliki tensinya sedikit di atas rata-rata (pra-hipertensi) setelah beberapa minggu.
Dalam risetnya, peneliti melakukan pengujian secara acak melibatkan 46 orang dengan kondisi pra-hipertensi. Peserta studi diketahui memiliki tekanan darah berkisar antara 120 per 80 militer merkuri (mm Hg) sampai 139 per 89 mm Hg atau lebih tinggi dari tekanan darah orang normal.
Dibandingkan dengan orang yang sering mengonsumsi makanan ringan seperti kue atau biskuit, kelompok pemakan kismis secara signifikan mengalami penurunan tekanan darah atau tekanan darah sistolik sebesar 10,2, atau tujuh persen selama 12-minggu masa studi. Para peneliti tidak mengetahui secara pasti mengapa kismis dapat bekerja efektif dalam menurunkan tekanan darah. Tetapi, mereka berpikir hal ini mungkin disebabkan karena tingginya kadar kalium buah kismis tersebut.
"Kismis kaya akan kandungan kalium, yang telah dikenal manfaatnya untuk menurunkan tekanan darah," kata pemimpin penelitian, Harold Bays, direktur medis dari Louisville Metabolic and Atherosclerosis Research Center.
"Kismis juga merupakan sumber yang baik dari antioksidan yang dapat mengubah biokimia pada pembuluh darah, yang pada gilirannya dapat mengurangi tekanan darah," tambahnya.
Segenggam kismis (sekitar 60 biji kismis) mengandung satu gram serat dan 212 miligram potasium. Kismis sering direkomendasikan sebagai bagian dari diet tinggi serat dan rendah lemak untuk mengurangi tekanan darah.
Sementara pada studi yang lain, di mana melihat khasiat kedelai, menunjukkan bahwa asupan makanan harian seperti tahu, kacang, dan teh hijau dapat membantu menurunkan tekanan darah lebih dari 5.100 orang kulit putih Afrika Amerika berusia 18-30 tahun. Penelitian ini dimulai pada tahun 1985. Di sini, setiap peserta diminta untuk melaporkan sendiri data tentang apa yang mereka makan.
Mereka yang mengonsumsi sekitar 2,5 atau lebih miligram isoflavon per hari - komponen utama dalam kedelai - tekanan darah sistolik turun secara signifikan (rata-rata 5,5 mmHg lebih rendah) ketimbang mereka yang makan kurang dari 0,33 mg per hari. Segelas susu kedelai mengandung sekitar 22 mg isoflavon, atau hampir 10 kali jumlah yang dibutuhkan.
"Temuan kami menunjukkan adanya manfaat dari konsumsi isoflavon secara moderat pada orang dewasa hitam dan putih dalam mengatur tekanan darah," kata Safiya Richardson, peneliti utama studi tersebut.
Richardson menambahkan, konsumsi kedelai bisa menjadi cara untuk orang dengan pra-hipertensi agar tidak menjadi hipertensi. Kedelai dan isoflavon bekerja dengan meningkatkan enzim yang membuat oksida nitrat, yang pada gilirannya membantu untuk memperlebar pembuluh darah dan mengurangi tekanan darah.
"Berdasarkan hasil temuan ini dan studi sebelumnya, kita mendorong orang dewasa untuk memasukkan produk kedelai dalam diet harian mereka untuk mengurangi kemungkinan terkena tekanan darah tinggi," kata Richardson.
Rabu, 21 Maret 2012
Madagaskar Ditemukan Oleh Perempuan Indonesia
Alih-alih datang dari Afrika, nenek moyang orang Madagaskar justru datang dari Indonesia.
Madagascar, tanah yang dihuni binatang-binatang unik dan memiliki kekayaan hayati luar biasa adalah salah satu tempat yang paling akhir dihuni manusia. Penelitian menguak, pulau terbesar di dunia itu mulai dihuni sejak 1.200 tahun lalu.
Yang menarik, kolonialisasi Madagaskar mungkin terjadi tanpa disengaja. Peneliti menyebut, sekelompok perempuan dari Indonesia adalah penghuni pertama Madagaskar. Ada kemungkinan mereka terpaksa naik ke daratan karena kapal dagang yang membawa mereka terbalik.
"Hal yang tak biasa tentang pulau ini adalah, Madagaskar terletak sangat jauh dari Indonesia. Ia juga dihuni belakangan, ketika sebagian besar dunia telah berpenghuni," kata peneliti dari Massey University Selandia Baru, Murray Cox, kepada situs sains LiveScience. "Kita bicara tentang budaya yang menyebar di sepanjang Samudera Hindia."
Penelitian genetika sebelumnya secara mengejutkan menunjukkan, alih-alih datang dari Afrika, nenek moyang penduduk yang tinggal di lepas pesisir timur Afrika itu justru berasal dari Indonesia, negara yang berjarak seperempat dunia, atau sekitar 5.600 kilometer. "Yang belum kami ketahui pasti adalah, apa yang terjadi saat itu. Kapan mereka datang dan bagaimana?" kata Cox.
Untuk menemukan jawaban itu, Cox dan para koleganya menganalisa gen dari mitokondria, dari 300 penduduk asli Madagaskar dan 3.000 Indonesia. Mitokondria adalah baterai sel, pabrik energi sel. Namun, mereka istimewa karena gennya diwariskan dari ibu.
Penelitian menyimpulkan, dari gen-gen tersebut, menunjukkan ada kesamaan antara genom orang Indonesia dan orang Madagaskar.
Untuk menemukan berapa lama dan berapa orang Indonesia yang menghuni pulau tersebut untuk kali pertamanya, para ilmuwan menjalankan sejumlah simulasi komputer. Lantas ditemukan, Madagaskar dihuni populasi kecil, 30 perempuan, yang tiba di pulau itu 1.200 tahun lalu. Sebanyak 93 persen atau 28 orang adalah orang Indonesia, dua lainnya Afrika,
Ilmuwan menyimpulkan, semua penduduk asli Madagaskar terkait dengan 30 perempuan itu.
Lalu bagaimana dengan para pria?
Beberapa penelitian sebelumnya tentang orang Madagaskar, khususnya terkait kromosom Y (yang diturunkan dari ayah ke anak) mengindikasikan, nenek moyang laki-laki juga berasal dari Asia Tenggara. Meski para ilmuwan belum mendapatkan petunjuk, berapa jumlah mereka.
"Juga ada kromosom Y dari Indonesia," kata Cox. "Kami sudah mengetahui bahwa nenek moyang orang madagaskar, baik pria maupun wanita, berasal dari Indonesia. Kami hanya belum tahu ada berapa jumlah pria kala itu. Bukti-bukti yang kami miliki, populasi mereka juga kecil."
Kejutan kapal karam
Pertanyaan yang juga belum terjawab adalah, bagaimana para nenek moyang dari Indonesia sampai ke Madagaskar?
Para ahli mengaku, mereka belum memperoleh kepastian. Fakta bahwa hanya ada 30 perempuan, dan kemungkinan jumlah pria yang sama sedikitnya, mengarah pada faktor ketidaksengajaan.
Ia menduga, saat itu, kapal dagang yang diperkirakan mengangkut 500 orang karam, para penumpangnya yang selamat bisa jadi naik daratan Madagaskar.
"Aku tak mengatakan, kami yakin bahwa itu sesuatu yang tak disengaja. Namun, bukti baru menunjukkan, ini kemungkinan yang masuk akal," katanya.
Arus laut saat itu bisa jadi yang mendorong para korban selamat ke Madagaskar. Selama Perang Dunia II, misalnya, reruntuhan dari kejadian pemboman di Jepang mengapung dan terbawa air sampai Afrika, lantas mendarat di tanah Madagaskar.
Studi ini dipublikasikan dalam jurnal Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences, 21 Maret 2012.
Selasa, 20 Maret 2012
Pembangkit Listrik Solar Bisa Dipakai Malam
Sebuah pembangkit listrik energi solar di selatan Spanyol ini memiliki keunikan, karena bisa beroperasi malam hari. Ini disebabkan energi yang tersimpan ketika matahari bersinar memungkinkan pembangkit listrik ini menghasilkan listrik bahkan di malam hari. Stasiun Gemasolar ini telah berjalan sejak Mei lalu, dan menghampar luas di dataran Andalusia.
Dari jalan antara Seville dan Cordoba, orang dapat melihat menara sentralnya bersinar seperti mercusuar oleh 2.600 cermin surya. Adapun masing-masing memiliki luas 120 meter persegi (28.500 kaki persegi), yang mengelilinginya dalam sebuah lingkaran besar 195 hektar.
"Ini adalah stasiun pertama di dunia yang bekerja 24 jam sehari. Sebuah stasiun tenaga surya yang bekerja siang dan malam," kata Santago Arias, Direktur Teknis Torresol Energi, yang menjalankan stasiun ini, seperti dilansir dari Raw Story.
Mekanisme ini menurutnya sangat mudah untuk dijelaskan. "Panel mencerminkan sinar matahari ke menara, transmisi energi pada intensitas 1.000 kali lebih tinggi dari sinar matahari yang mencapai bumi," jelasnya.
Energi disimpan dalam tong penuh dengan garam cair pada suhu lebih dari 500 derajat C (930 F). Garam ini digunakan untuk menghasilkan uap yang menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.
Ini adalah kapasitas stasiun untuk menyimpan energi yang membuat Gemasolar begitu berbeda karena memungkinkan galian-galian untuk memancarkan daya pada malam hari, bergantung pada energi yang telah terakumulasi di siang hari.
"Saya menggunakan energi yang seperti yang saya inginkan, dan bukan sebagai matahari yang menentukan," jelas Arias.
Ia mengatakan, akibatnya galian menghasilkan 60 persen energi lebih banyak daripada sebuah stasiun tanpa kapasitas penyimpanan. Karena stasiun ini dapat bekerja 6.400 jam per tahun, dibandingkan dengan 1.200-2000 jam untuk stasiun tenaga surya lain.
"Jumlah energi yang kita hasilkan setahun sama dengan konsumsi 30 ribu rumah tangga Spanyol," kata Arias, dengan demikian terjadi penghematan tahunan sebesar 30 ribu ton CO2.
Proyek yang mendapat bantuan dari negara donor untuk energi terbarukan telah berhasil di Spanyol. Karena itu Spanyol menjadi produsen terbesar nomor dua dunia dalam energi surya dan angin kekuatan di Eropa, mengungguli Jerman.
Untuk produk surya Gemasolar, investor asing juga ikut membantu. Torresol Energy merupakan perusahaan patungan antara kelompok teknisi Spanyol Sener, yang memegang 60 persen dengan Masdar, perusahaan energi terbarukan asal Abu Dhabi.
"Jenis stasiun ini mahal, bukan karena bahan baku yang kita gunakan, karena energi surya gratis, tetapi karena penanaman ini memerlukan investasi besar," kata Arias. Biaya investasi melebihi 200 juta euro (US$ 260 juta).
Tapi dalam 18 tahun, ia memperkirakan stasiun ini bisa menjadi seharga 1.000 euro. Ini mengingat bahwa harga minyak telah melonjak dari US$ 28 per barel pada tahun 2003 menjadi hampir US$ 130.
Untuk saat ini, krisis ekonomi memang mengancam sejumlah proyek besar. Apalagi Spanyol berjuang untuk memangkas defisit karena resesi dan telah menghentikan bantuan untuk proyek baru energi terbarukan.
Spanyol terpukul oleh krisis ekonomi dengan tingkat pengangguran tertinggi mencapai 31,23 persen, memegang pilkada pada tanggal 25 Maret.
"Kami memiliki tiga proyek, tapi macet karena penangguhan bantuan," kata Arias. Ia mengakui bahwa dalam ekonomi global sulit memang menyebabkan Gemasolar sulit menjual teknologinya.
Dari jalan antara Seville dan Cordoba, orang dapat melihat menara sentralnya bersinar seperti mercusuar oleh 2.600 cermin surya. Adapun masing-masing memiliki luas 120 meter persegi (28.500 kaki persegi), yang mengelilinginya dalam sebuah lingkaran besar 195 hektar.
"Ini adalah stasiun pertama di dunia yang bekerja 24 jam sehari. Sebuah stasiun tenaga surya yang bekerja siang dan malam," kata Santago Arias, Direktur Teknis Torresol Energi, yang menjalankan stasiun ini, seperti dilansir dari Raw Story.
Mekanisme ini menurutnya sangat mudah untuk dijelaskan. "Panel mencerminkan sinar matahari ke menara, transmisi energi pada intensitas 1.000 kali lebih tinggi dari sinar matahari yang mencapai bumi," jelasnya.
Energi disimpan dalam tong penuh dengan garam cair pada suhu lebih dari 500 derajat C (930 F). Garam ini digunakan untuk menghasilkan uap yang menggerakkan turbin dan menghasilkan listrik.
Ini adalah kapasitas stasiun untuk menyimpan energi yang membuat Gemasolar begitu berbeda karena memungkinkan galian-galian untuk memancarkan daya pada malam hari, bergantung pada energi yang telah terakumulasi di siang hari.
"Saya menggunakan energi yang seperti yang saya inginkan, dan bukan sebagai matahari yang menentukan," jelas Arias.
Ia mengatakan, akibatnya galian menghasilkan 60 persen energi lebih banyak daripada sebuah stasiun tanpa kapasitas penyimpanan. Karena stasiun ini dapat bekerja 6.400 jam per tahun, dibandingkan dengan 1.200-2000 jam untuk stasiun tenaga surya lain.
"Jumlah energi yang kita hasilkan setahun sama dengan konsumsi 30 ribu rumah tangga Spanyol," kata Arias, dengan demikian terjadi penghematan tahunan sebesar 30 ribu ton CO2.
Proyek yang mendapat bantuan dari negara donor untuk energi terbarukan telah berhasil di Spanyol. Karena itu Spanyol menjadi produsen terbesar nomor dua dunia dalam energi surya dan angin kekuatan di Eropa, mengungguli Jerman.
Untuk produk surya Gemasolar, investor asing juga ikut membantu. Torresol Energy merupakan perusahaan patungan antara kelompok teknisi Spanyol Sener, yang memegang 60 persen dengan Masdar, perusahaan energi terbarukan asal Abu Dhabi.
"Jenis stasiun ini mahal, bukan karena bahan baku yang kita gunakan, karena energi surya gratis, tetapi karena penanaman ini memerlukan investasi besar," kata Arias. Biaya investasi melebihi 200 juta euro (US$ 260 juta).
Tapi dalam 18 tahun, ia memperkirakan stasiun ini bisa menjadi seharga 1.000 euro. Ini mengingat bahwa harga minyak telah melonjak dari US$ 28 per barel pada tahun 2003 menjadi hampir US$ 130.
Untuk saat ini, krisis ekonomi memang mengancam sejumlah proyek besar. Apalagi Spanyol berjuang untuk memangkas defisit karena resesi dan telah menghentikan bantuan untuk proyek baru energi terbarukan.
Spanyol terpukul oleh krisis ekonomi dengan tingkat pengangguran tertinggi mencapai 31,23 persen, memegang pilkada pada tanggal 25 Maret.
"Kami memiliki tiga proyek, tapi macet karena penangguhan bantuan," kata Arias. Ia mengakui bahwa dalam ekonomi global sulit memang menyebabkan Gemasolar sulit menjual teknologinya.
Kamis, 08 Maret 2012
Pohon Nano Ubah Air Jadi Bahan Bakar Hidrogen
Ke Sun, pelajar doktoral bidang teknik elektronika dari University of California, San Diego membuat terobosan dalam produksi bahan bakar hidrogen.
Ia menciptakan "Pohon Nano", struktur vertikal berukuran nano terbuat dari bahan silikon dan seng oksida yang bisa menyerap cahaya Matahari dan menggunakannya untuk produksi bahan bakar hidrogen.
"Hidrogen dikatakan lebih bersih dibanding bahan bakar fosil karena tak memiliki emisis karbon, namun demikian produksinya belum bersih," kata Sun.
Pohon Nano bisa mengupayakan proses produksi bahan bakar hidrogen yang lebih bersih. Dengan demikian, bahan bakar hidrogen menjadi semakin sempurna.
Pohon Nano akan menangkap cahaya Matahari. Selanjutnya, cahaya akan digunakan untuk memecah molekul air menjadi hidrogen dan oksigen. Gas hidrogen yang dihasilkan lalu dipanen.
Deli Wang, mahasiswa lain yang juga terlibat penelitian, mengatakan bahwa struktur nano vertikal memiliki keunggulan sebab bisa menyerap lebih banyak cahaya Matahari.
Keunggulan struktur vertikal sama seperti pohon yang menjulang ke atas, didukung batang, cabang dan ranting. Struktur semacam ini memungkinkan penyerapan lebih banyak daripada pemantulan.
Struktur vertikal juga memaksimalkan ekstraksi gas hidrogen. Jika struktur datar dan lebar, gelembung gas harus cukup besar untuk mencapai permukaan.
"Selain itu, dengan struktur ini, kami telah meningkatkan 400 kali permukaan untuk mendukung reaksi kimia," kata Sun seperti dikutip Physorg, Rabu (7/3/2012).
Dalam jangka panjang, Pohon Nano akan dikembangkan lagi sehingga bisa menyerap CO2, persis seperti pohon yang melakukan fotosintesis. Dengan cara ini, emisi CO2 bisa dikurangi.
Peneliti juga akan mencari material alternatif seng oksida. Pasalnya, meski bisa menyerap sinar UV, seng oksida kurang stabil sehingga mempengaruhi umur Pohon Nano.
Ia menciptakan "Pohon Nano", struktur vertikal berukuran nano terbuat dari bahan silikon dan seng oksida yang bisa menyerap cahaya Matahari dan menggunakannya untuk produksi bahan bakar hidrogen.
"Hidrogen dikatakan lebih bersih dibanding bahan bakar fosil karena tak memiliki emisis karbon, namun demikian produksinya belum bersih," kata Sun.
Pohon Nano bisa mengupayakan proses produksi bahan bakar hidrogen yang lebih bersih. Dengan demikian, bahan bakar hidrogen menjadi semakin sempurna.
Pohon Nano akan menangkap cahaya Matahari. Selanjutnya, cahaya akan digunakan untuk memecah molekul air menjadi hidrogen dan oksigen. Gas hidrogen yang dihasilkan lalu dipanen.
Deli Wang, mahasiswa lain yang juga terlibat penelitian, mengatakan bahwa struktur nano vertikal memiliki keunggulan sebab bisa menyerap lebih banyak cahaya Matahari.
Keunggulan struktur vertikal sama seperti pohon yang menjulang ke atas, didukung batang, cabang dan ranting. Struktur semacam ini memungkinkan penyerapan lebih banyak daripada pemantulan.
Struktur vertikal juga memaksimalkan ekstraksi gas hidrogen. Jika struktur datar dan lebar, gelembung gas harus cukup besar untuk mencapai permukaan.
"Selain itu, dengan struktur ini, kami telah meningkatkan 400 kali permukaan untuk mendukung reaksi kimia," kata Sun seperti dikutip Physorg, Rabu (7/3/2012).
Dalam jangka panjang, Pohon Nano akan dikembangkan lagi sehingga bisa menyerap CO2, persis seperti pohon yang melakukan fotosintesis. Dengan cara ini, emisi CO2 bisa dikurangi.
Peneliti juga akan mencari material alternatif seng oksida. Pasalnya, meski bisa menyerap sinar UV, seng oksida kurang stabil sehingga mempengaruhi umur Pohon Nano.
Wakatobi Akan Jadi Cagar Biosfer Dunia
Wilayah Kabupaten Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, segera ditetapkan menjadi kawasan cagar biosfer dunia oleh UNESCO.
”Badan PBB yang menaungi bidang pendidikan dan kebudayaan itu akan bersidang menetapkan Wakatobi sebagai kawasan cagar biosfer dunia di Paris pada April 2012,” kata Bupati Wakatobi Hugua, Rabu (7/3/2012).
Menurut Hugua, ada tiga kepentingan yang dilindungi UNESCO dalam menetapkan Wakatobi sebagai pusat cagar biosfer dunia, yakni kearifan lokal masyarakat Wakatobi, kelestarian lingkungan, dan kepentingan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.
Ia mengatakan, kearifan lokal yang dilindungi di Wakatobi menyangkut tradisi budaya masyarakat Wakatobi dalam memperlakukan alam dan mengambil sesuatu dari Tuhan.
”Masyarakat Wakatobi sangat menghargai alam sekitar karena alam dengan segala kemurahannya menyediakan segala sumber kehidupan manusia cukup berkelimpahan,” katanya.
Sedangkan kelestarian lingkungan perlu dilindungi karena kawasan perairan laut Wakatobi memiliki keragaman terumbu karang dan biota laut yang cukup tinggi dibandingkan dengan kawasan-kawasan lain yang ada di dunia.
”Jumlah spesies terumbu karang di perairan laut Wakatobi mencapai 750 spesies dari 850 spesies terumbu karang dunia. Di Laut Karibia yang banyak dikunjungi wisatawan terutama penyelam, hanya memiliki 50 spesies terumbu karang, sedangkan Laut Merah hanya 300 spesies,” katanya.
Menurut Hugua, kawasan perairan laut Wakatobi dengan luas sekitar 1,5 juta hektar menyimpan potensi sumber daya alam perairan laut, sekitar 90 persen dari total potensi sumber daya kelautan yang ada di seluruh dunia.
Sedangkan kepentingan ekonomi yang perlu dilindungi adalah bagaimana masyarakat di kawasan Wakatobi dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada secara berkelanjutan tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan.
Pemerintah Indonesia sendiri melalui Kementerian Kehutanan sejak tahun 1996 sudah menetapkan kawasan perairan laut Wakatobi seluas 1,3 juta hektar sebagai kawasan Taman Laut Nasional Wakatobi.
Namun, dengan status taman laut nasional, yang dilindungi hanya kelestarian alam bawah laut Wakatobi, sedangkan masyarakat dan kepentingan ekonomi berkelanjutan tidak mendapat perlindungan.
”Dengan status sebagai pusat cagar biosfer dunia, minimal melindungi tiga kepentingan, yakni kearifan lokal masyarakat, kelestarian lingkungan, dan kepentingan ekonomi berkelanjutan,” kata Hugua.
”Badan PBB yang menaungi bidang pendidikan dan kebudayaan itu akan bersidang menetapkan Wakatobi sebagai kawasan cagar biosfer dunia di Paris pada April 2012,” kata Bupati Wakatobi Hugua, Rabu (7/3/2012).
Menurut Hugua, ada tiga kepentingan yang dilindungi UNESCO dalam menetapkan Wakatobi sebagai pusat cagar biosfer dunia, yakni kearifan lokal masyarakat Wakatobi, kelestarian lingkungan, dan kepentingan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan.
Ia mengatakan, kearifan lokal yang dilindungi di Wakatobi menyangkut tradisi budaya masyarakat Wakatobi dalam memperlakukan alam dan mengambil sesuatu dari Tuhan.
”Masyarakat Wakatobi sangat menghargai alam sekitar karena alam dengan segala kemurahannya menyediakan segala sumber kehidupan manusia cukup berkelimpahan,” katanya.
Sedangkan kelestarian lingkungan perlu dilindungi karena kawasan perairan laut Wakatobi memiliki keragaman terumbu karang dan biota laut yang cukup tinggi dibandingkan dengan kawasan-kawasan lain yang ada di dunia.
”Jumlah spesies terumbu karang di perairan laut Wakatobi mencapai 750 spesies dari 850 spesies terumbu karang dunia. Di Laut Karibia yang banyak dikunjungi wisatawan terutama penyelam, hanya memiliki 50 spesies terumbu karang, sedangkan Laut Merah hanya 300 spesies,” katanya.
Menurut Hugua, kawasan perairan laut Wakatobi dengan luas sekitar 1,5 juta hektar menyimpan potensi sumber daya alam perairan laut, sekitar 90 persen dari total potensi sumber daya kelautan yang ada di seluruh dunia.
Sedangkan kepentingan ekonomi yang perlu dilindungi adalah bagaimana masyarakat di kawasan Wakatobi dapat memanfaatkan potensi sumber daya alam yang ada secara berkelanjutan tanpa mengganggu keseimbangan lingkungan.
Pemerintah Indonesia sendiri melalui Kementerian Kehutanan sejak tahun 1996 sudah menetapkan kawasan perairan laut Wakatobi seluas 1,3 juta hektar sebagai kawasan Taman Laut Nasional Wakatobi.
Namun, dengan status taman laut nasional, yang dilindungi hanya kelestarian alam bawah laut Wakatobi, sedangkan masyarakat dan kepentingan ekonomi berkelanjutan tidak mendapat perlindungan.
”Dengan status sebagai pusat cagar biosfer dunia, minimal melindungi tiga kepentingan, yakni kearifan lokal masyarakat, kelestarian lingkungan, dan kepentingan ekonomi berkelanjutan,” kata Hugua.
Selasa, 06 Maret 2012
Perguruan Tinggi Jangan Diam, Lawan Korupsi
Rektor Universitas Paramadina Anis Baswedan mengatakan, perguruan tinggi harus aktif melakukan perlawanan terhadap korupsi. Menurutnya, perguruan tinggi merupakan gerbang akhir dalam membangun integritas melawan korupsi.
Ia menjelaskan, saat ini kampus yang dipimpinnya telah mewajibkan mata kuliah Anti Korupsi sebagai Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) dengan bobot dua SKS. Ia mengatakan, kewajiban setiap mahasiswa mengambil mata kuliah tersebut diharapkan dapat membentuk karakter anti korupsi.
"Membangun integritas anti korupsi itu harus mulai dari keluarga, tapi perguruan tinggi tak boleh diam," kata Anis pada acara deklarasi kampus melawan korupsi, di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Salemba, Jakarta, Senin (5/3/2012).
Yang menjadi masalah, kata dia, masyarakat hanya mengetahui korupsi sebagai sesuatu yang salah dan tidak baik. Akan tetapi di sisi lainnya masyarakat dinilai kurang memahami tindak-tanduk korupsi dalam kesehariannya.
Untuk itulah ia menarik permasalahan korupsi ke dalam proses pendidikan. Selain mengupayakan pendidikan sebagai zona yang bebas korupsi, tetapi juga untuk menterjemahkan praktik korupsi yang terjadi di dalam keseharian.
"Korupsi adalah urusan semesta, perjuangan semuanya. Itulah mengapa kita masuk," pungkasnya.
Ia menjelaskan, saat ini kampus yang dipimpinnya telah mewajibkan mata kuliah Anti Korupsi sebagai Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU) dengan bobot dua SKS. Ia mengatakan, kewajiban setiap mahasiswa mengambil mata kuliah tersebut diharapkan dapat membentuk karakter anti korupsi.
"Membangun integritas anti korupsi itu harus mulai dari keluarga, tapi perguruan tinggi tak boleh diam," kata Anis pada acara deklarasi kampus melawan korupsi, di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Salemba, Jakarta, Senin (5/3/2012).
Yang menjadi masalah, kata dia, masyarakat hanya mengetahui korupsi sebagai sesuatu yang salah dan tidak baik. Akan tetapi di sisi lainnya masyarakat dinilai kurang memahami tindak-tanduk korupsi dalam kesehariannya.
Untuk itulah ia menarik permasalahan korupsi ke dalam proses pendidikan. Selain mengupayakan pendidikan sebagai zona yang bebas korupsi, tetapi juga untuk menterjemahkan praktik korupsi yang terjadi di dalam keseharian.
"Korupsi adalah urusan semesta, perjuangan semuanya. Itulah mengapa kita masuk," pungkasnya.
Mengimplementasikan Budaya Kepemimpinan di Sekolah
Sekolah Dasar Standar Nasional (SDSN) 12 Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, yang menjadi sekolah negeri berbasis karakter kepemimpinan di Indonesia, menggelar pelatihan Implementasi Budaya I. Pelatihan yang digelar beberapa hari lalu ini, diikuti oleh para guru, komite shttp://assets.kompas.com/data/photo/2012/02/09/1611514620X310.jpgekolah, serta staf administrasi SDSN 12 Benhil.http://assets.kompas.com/data/photo/2012/02/09/1611514620X310.jpg
Implementasi Budaya I merupakan bagian dari penerapan program The Leader in Me, setelah sebelumnya ada Vision Day dan pelatihan The 7 Habits of Highly Effective Educators oleh Dunamis Foundation. Direktur Dunamis Foundation Andiral Purnomo mengatakan, The Leader in Me merupakan program membangun karakter anak didik sejak dini melalui pengembangan karakter kepemimpinan pendidikan dengan pembentukan budaya sekolah.
Proses implementasi diawali dengan pembentukan budaya kepemimpinan di sekolah yang meliputi tiga tahapan yaitu Vision Day, Pelatihan The 7 Habits of Highly Effective Educators, dan Pelatihan Implementasi Budaya Level 1. Fase ke-2 dalam tahap implementasi adalah aplikasi penggunaan alat bantu untuk penerapan budaya kepemimpinan di sekolah dan ditunjang dengan pelatihan Implementasi Budaya Level 2. Sementara itu, fase ke-3 implementasi adalah memaksimalkan hasil dari penerapan budaya kepemimpinan.
“Tujuan dari pelatihan implementasi budaya level 1 adalah untuk mempersiapkan guru dan manajemen sekolah untuk mengimplementasikan budaya kepemimpinan di SDSN 12 Benhil,” tambah Andiral.
Pelatihan implementasi budaya level 1 The Leader in Me di SDSN 12 Benhil difasilitasi langsung oleh Andiral dan membahas mengenai enam pilar pendukung penerapan The Leader in Me yang menggunakan pendekatan menyeluruh termasuk dengan pemberian keteladanan (modeling), lingkungan sekolah yang mendukung (environment: lihat-dengar-rasa), materi ajar (curriculum), cara penyampaian (instruction), hingga system (systems), dan tradisi kepemimpinan (traditions) yang diselaraskan dengan visi dan misi sekolah bersangkutan.
Program The Leader in Me menggunakan pendekatan menyeluruh (whole-school approach). Pendekatan ini tidak hanya memberikan kesempatan kepada siswa, melainkan juga kepada guru, manajemen sekolah hingga orang tua murid untuk memiliki karakter kepemimpinan melalui prinsip universal 7 Habits. Program The Leader in Me sendiri diadopsi dari prinsip The 7 Habits of Highly Effective People karya DR. Stephen R. Covey yang telah disesuaikan penerapannya untuk lingkungan sekolah.
Para siswa SDSN 12 Benhil pun diharapkan dapat belajar bagaimana menerapkan The 7 Habits dalam kegiatan mereka sehari-hari, baik dalam pelajaran dan perilaku sehari-hari. Program diberikan kepada anak didik melalui transfer knowledge dari para pendidik, baik melalui materi ajar kurikulum, juga melalui teladan seluruh guru dan komponen sekolah, hingga praktek-praktek kepemimpinan di dalam dan luar kelas.
Implementasi Budaya I merupakan bagian dari penerapan program The Leader in Me, setelah sebelumnya ada Vision Day dan pelatihan The 7 Habits of Highly Effective Educators oleh Dunamis Foundation. Direktur Dunamis Foundation Andiral Purnomo mengatakan, The Leader in Me merupakan program membangun karakter anak didik sejak dini melalui pengembangan karakter kepemimpinan pendidikan dengan pembentukan budaya sekolah.
Proses implementasi diawali dengan pembentukan budaya kepemimpinan di sekolah yang meliputi tiga tahapan yaitu Vision Day, Pelatihan The 7 Habits of Highly Effective Educators, dan Pelatihan Implementasi Budaya Level 1. Fase ke-2 dalam tahap implementasi adalah aplikasi penggunaan alat bantu untuk penerapan budaya kepemimpinan di sekolah dan ditunjang dengan pelatihan Implementasi Budaya Level 2. Sementara itu, fase ke-3 implementasi adalah memaksimalkan hasil dari penerapan budaya kepemimpinan.
“Tujuan dari pelatihan implementasi budaya level 1 adalah untuk mempersiapkan guru dan manajemen sekolah untuk mengimplementasikan budaya kepemimpinan di SDSN 12 Benhil,” tambah Andiral.
Pelatihan implementasi budaya level 1 The Leader in Me di SDSN 12 Benhil difasilitasi langsung oleh Andiral dan membahas mengenai enam pilar pendukung penerapan The Leader in Me yang menggunakan pendekatan menyeluruh termasuk dengan pemberian keteladanan (modeling), lingkungan sekolah yang mendukung (environment: lihat-dengar-rasa), materi ajar (curriculum), cara penyampaian (instruction), hingga system (systems), dan tradisi kepemimpinan (traditions) yang diselaraskan dengan visi dan misi sekolah bersangkutan.
Program The Leader in Me menggunakan pendekatan menyeluruh (whole-school approach). Pendekatan ini tidak hanya memberikan kesempatan kepada siswa, melainkan juga kepada guru, manajemen sekolah hingga orang tua murid untuk memiliki karakter kepemimpinan melalui prinsip universal 7 Habits. Program The Leader in Me sendiri diadopsi dari prinsip The 7 Habits of Highly Effective People karya DR. Stephen R. Covey yang telah disesuaikan penerapannya untuk lingkungan sekolah.
Para siswa SDSN 12 Benhil pun diharapkan dapat belajar bagaimana menerapkan The 7 Habits dalam kegiatan mereka sehari-hari, baik dalam pelajaran dan perilaku sehari-hari. Program diberikan kepada anak didik melalui transfer knowledge dari para pendidik, baik melalui materi ajar kurikulum, juga melalui teladan seluruh guru dan komponen sekolah, hingga praktek-praktek kepemimpinan di dalam dan luar kelas.
Rabu, 29 Februari 2012
Berwisata ke Bangka, Cobalah Otak-otak Amui
Bagi wisatawan domestik yang singgah ke Pulau Bangka, belum lengkap rasanya jika belum berwisata kuliner khas Bangka. Dari ribuan jenis makanan khas Bangka, Anda mesti mencicipi otak-otak asli Belinyu buatan Amui.
Bagaimana soal rasa? Amui, sang pemilik sekaligus yang mengolah langsung menu-menu ini menjamin semua bahan baku dipilih yang berkualitas, mulai dari pilihan ikan tenggiri segar, sagu dan bahan lainnya.
"Untuk menjaga agar pelanggan tetap setia berkunjung, menjaga kualitas makanan menjadi nomor satu," kata Amui kepada Bangkapos.com, Jumat (17/2/2012).
Amui mengaku selalu memantau semua produk yang ia jual. Meski dibantu oleh 10 karyawan, Amui tidak serta merta mempercayakan semua pekerjaan kepada mereka. Untuk itu, mulai dari mengolah bahan baku hingga membentuk empek-empek ia sendiri yang mengerjakan. Bahkan ia mengaku jika ada urusan ke luar kota ia terpaksa menutup sementara tokonya.
"Saya sendiri yang bikin semua menu di sini, karena khawatir jika yang bikin orang lain rasanya akan beda, dan pelanggan pasti komplain," ujarnya.
Benar saja, berkat konsistensinya menjaga kualitas, usaha yang ia bangun sejak tahun 2003 ini berjalan lancar dan sukses. Pesanan otak-otak untuk berbagai acara selalu berdatangan, sekali pesan Amui menyebut bisa puluhan ribu butir otak-otak. Begitu pula dengan pesanan paket ke luar daerah selalu ada.
"Ini adalah usaha turun temurun dari orangtua saya, awalnya saya buka di Belinyu, dan akhirnya diperluas dengan membuka di Pangkalpinang," kata Amui.
Untuk melayani konsumen, dalam sehari Amui bisa menghabiskan bahan baku puluhan kilogram ikan tenggiri. Karena mengolah cukup banyak, Amui menggunakan mesin khusus untuk menggiling bahan baku.
"Kalau pakai tangan nggak kuat, karena sekali bikin bisa lebih dari 20 kilogram, makanya sekarang saya sudah pakai mesin," ujarnya.
Ibu dari 2 anak ini mengaku keuntungan yang diperoleh dari usaha ini cukup lumayan untuk menambah pendapatan keluarga. Ia pun bersyukur kini dua putranya sudah menyelesaikan kuliahnya. Putranya yang tertua kini tengah menempuh pendidikan pilot di Thailand, sementara putra bungsunya telah menamatkan kuliahnya.
"Saat ini kami terus berupaya mengembangkan usaha ini agar bisa lebih maju lagi, sehingga sajian otak-otak ini bisa dijadikan kuliner yang disukai setiap wisawatan yang akan berkunjung ke Pulau Bangka," ujar Amui.
Usaha yang beralamat di Jalan Melintas No 23 Pangkalpinang ini, menyediakan menu otak-otak Belinyu, empek-empek, empiang, talas goreng, es campur, es kacang merah dan aneka oleh-oleh khas Bangka.
Ruko Otak-otak Amui menempati lokasi pinggir jalan, dengan area parkir yang cukup luas. Anda yang membawa rombongan pun tak perlu khawatir kehabisan tempat karena ruangan ruko ini mampu menampung sekitar 100 orang.Bagaimana soal rasa? Amui, sang pemilik sekaligus yang mengolah langsung menu-menu ini menjamin semua bahan baku dipilih yang berkualitas, mulai dari pilihan ikan tenggiri segar, sagu dan bahan lainnya.
"Untuk menjaga agar pelanggan tetap setia berkunjung, menjaga kualitas makanan menjadi nomor satu," kata Amui kepada Bangkapos.com, Jumat (17/2/2012).
Amui mengaku selalu memantau semua produk yang ia jual. Meski dibantu oleh 10 karyawan, Amui tidak serta merta mempercayakan semua pekerjaan kepada mereka. Untuk itu, mulai dari mengolah bahan baku hingga membentuk empek-empek ia sendiri yang mengerjakan. Bahkan ia mengaku jika ada urusan ke luar kota ia terpaksa menutup sementara tokonya.
"Saya sendiri yang bikin semua menu di sini, karena khawatir jika yang bikin orang lain rasanya akan beda, dan pelanggan pasti komplain," ujarnya.
Benar saja, berkat konsistensinya menjaga kualitas, usaha yang ia bangun sejak tahun 2003 ini berjalan lancar dan sukses. Pesanan otak-otak untuk berbagai acara selalu berdatangan, sekali pesan Amui menyebut bisa puluhan ribu butir otak-otak. Begitu pula dengan pesanan paket ke luar daerah selalu ada.
"Ini adalah usaha turun temurun dari orangtua saya, awalnya saya buka di Belinyu, dan akhirnya diperluas dengan membuka di Pangkalpinang," kata Amui.
Untuk melayani konsumen, dalam sehari Amui bisa menghabiskan bahan baku puluhan kilogram ikan tenggiri. Karena mengolah cukup banyak, Amui menggunakan mesin khusus untuk menggiling bahan baku.
"Kalau pakai tangan nggak kuat, karena sekali bikin bisa lebih dari 20 kilogram, makanya sekarang saya sudah pakai mesin," ujarnya.
Ibu dari 2 anak ini mengaku keuntungan yang diperoleh dari usaha ini cukup lumayan untuk menambah pendapatan keluarga. Ia pun bersyukur kini dua putranya sudah menyelesaikan kuliahnya. Putranya yang tertua kini tengah menempuh pendidikan pilot di Thailand, sementara putra bungsunya telah menamatkan kuliahnya.
"Saat ini kami terus berupaya mengembangkan usaha ini agar bisa lebih maju lagi, sehingga sajian otak-otak ini bisa dijadikan kuliner yang disukai setiap wisawatan yang akan berkunjung ke Pulau Bangka," ujar Amui.
Cantik Nian Masjid di Paris
Masjid Paris! atau Mosquée de Paris, rumah ibadah yang konon berasitektur Spanyol dan Afrika utara ini akhirnya masuk dalam agenda liburan keluarga di Paris. Benar saja, tak hanya cantik menawan namun juga teduh terasa saat memasukinya. Kumandang Azan terdengar meskipun hanya menggema di dalam area masjid namun panggilan shalat itu membuat kalbu terharu....
Liburan sekolah tiba. Dan kota Paris menjadi pilihan kami untuk menghabiskan liburan keluarga sebelum pulang ke tanah air di Indonesia. Sudah kesepakatan, liburan akan diisi dengan acara santai dan budaya. Dari beberapa daftar yang kami tulis Masjid Paris menjadi tujuan utama kami.
Malu juga hati ini, sebagai umat Islam, setiap kali bertandang ke Paris, masjid yang justru menjadi tujuan utama selalu terlewatkan. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak kan?
Masjid Paris atau di Perancis di sebut dengan Mosquée de Paris, merupakan masjid terbesar di negara ini. Wajar saja adanya juga di ibukota. Namun bukan yang tertua tertua di Perancis.
Karena itu sebelum bercerita kunjungan saya ke dalam Masjid Paris, saya berbicara sedikit kilas balik mengenai mengapa masjid ini dibangun.
Pada tahun 1856 berdasarkan desakan permintaan dari kaum Muslimin yang bermukim di kota Paris, pemerintahan Perancis mengeluarkan surat izin untuk memberikan lahan di pemakaman Paris Père-Lachaise, yang juga merupakan pemakaman bagi umat Kristiani. Tanah seluas 800 meter diberikan bagi umat Islam untuk memakamkan jenazah dan juga didirikan sebuah masjid kecil sebagai tempat pemandian dan persembahyangan jenazah.
Tempat ini, lebih banyak digunakan oleh bangsa Otoman, keturunan Turki. Tanah yang hanya seluas 800 meter itu, terasa semakin kecil dengan bertambahnya umat Islam yang datang ke Paris. Hingga kaum Muslimin lebih memilih tempat pemakaman di tempat lain atau di negara mereka sendiri. Yang ada kuburan dan masjid menjadi tak terawat karena jarang digunakan.
Proyek baru pun mulai mengalir, seperti renovasi dan pelebaran masjid, sayang dikarenakan Perang Dunia I, gagal terlaksanakan.
Berkat seorang jurnalis Perancis yaitu Paul Boudaire, yang bekerja di surat kabar yang banyak menyinggung masalah penjajahan negara Perancis terhadap negara jajahannya, Paul mengusulkan untuk membangun sebuah masjid yang layak bagi kaum Muslimin. Makanya Paul Boudaire dianggap sebagai bapak dari proyek berdirinya Masjid Paris yang hingga kini berdiri dengan kokoh.
Paul Boudaire, bapak dari pendiri masjid yang justru bukan pemeluk Islam ini dengan antusias mengusulkan dan mendorong agar proyek pendirian Masjid Paris ini terlaksana sebagai tanda penghormatan bangsa Perancis terhadap kaum Muslimin yang telah banyak memberikan jasa bagi negara Perancis pada masa Perang Dunia I. Memang pada Perang Dunia I, banyak penduduk di negara jajahan Perancis seperti Maroko, Aljazair dan negara di Afrika Utara yang merelakan nyawanya justru demi membela negara jajahannya, Perancis.
Maka usai Perang Dunia I, tepatnya tahun 1922, peletakan batu pertama dilakukan di daerah jardin des Plantes, Paris, yang menjadi lokasi berdirinya masjid sebagai tanda hormat kepada 70.000 umat Muslim yang dianggap sebagai pahlawan Perancis.
Empat tahun kemudian tepatnya tanggal 16 Juli 1926, rumah ibadah dengan insipirasi dari Masjid el-Qaraouiyyin di Fès Maroko yang merupakan salah satu masjid tertua di dunia, resmi didirikan. Presiden Perancis Gaston Doumergue dan Sultan Maroko Moulay Youssef meresmikan masjid terbesar pertama di Paris ini yang kini mendapat gelar sebagai tempat bersejarah sejak 9 Desember 1983.
Saatnya saya bercerita bagaiman kunjungan saya di rumah Allah ini. Paling mudah menuju ke Masjid Paris adalah dengan metro. Berada di wilayah 5 Paris (5eme arrondisement), menuju ke sana mengambil metro 7 dan berhenti di Place Morge. Saat kami keluar dari metro, hanya berjalan sedikit menara masjid setinggi 33 meter langsung terlihat dan tembok putih mengelilingi seluruh area masjid.
Saat kami datang, penjaga masjid langsung mendatangi kami. "Maaf waktu kunjungan hampir usai, jika ingin melihat lebih banyak silakan kembali nanti," katanya.
"Kami datang untuk shalat dzuhur," jawab suami saya, Kang Dadang.
"Ohh, Anda Muslim?" timpalnya.
"Ya, kami sekeluarga Muslim," jawab saya.
"Alhamdulillah, silahkan masuk, Anda boleh lihat-lihat masjid jika berkenan sebelum shalat," tuturnya dengan ramah.
Kami pun memasuki masjid. Suasana asri dan sejuk langsung menyambar pemandangan saya. Saya dan suami pernah mendatangi Masjid el-Qaraouiyyin di kota Fès, Maroko dan memang Mosquée de Paris ini banyak dipengaruhi arsitekturnya dari sana.
Bagian utama Masjid Paris di tengah-tengahnya berupa taman asri dengan bunga-bunga cantik dan pohon palem. Juga air mancur yang mengalir kebeberapa penjuru di tamannya. Lalu lorong-lorong tempat berbagai keperluan. Seperti madrasah, ruang andmistrasi, ruang pertemuan hingga perpustakaan.
Di bagian kedua masjid, pilar-pilar berbaris sepanjang lorong dengan lantai keramik dan di tengahnya terdapat teras besar terbuka. Di bagian kedua inilah ruang ibadah dengan dekorasi dari berbagai dunia Islam menyatu. Masjid Paris bersih dan rapi.
Saat suami saya, Kang Dadang alias David dan anak sulung saya sedang melakukan shalat masjid, saya menjaga si kecil di luar yang tak bisa diam berlari kesana-kemari. Sepatu-sepatu yang ditanggalkan suami dan anak saya begitu saja diluar, juga beberapa pengunjung lainnya, langsung dibereskan oleh pengurus masjid, ditaruhnya dalam rak sepatu. Maklum beberapa masjid di kota saya, Montpellier, rapi dan bersihnya tak sebanding dengan masjid di Paris ini.
Sambil menunggu waktu dzuhur, kami kembali melihat-lihat isi masjid. Ruang perpustakaan sempat menggoda kami untuk melihat-lihat beberapa buku, namun berhubung tak ada orang yang menjaga, urung niat kami untuk mengambil beberapa buku dan melihatnya. Tempat wudhu bagi wanita dan pria terpisah jauh. Wanita berada di dalam dan pria berada di halaman. Baiknya, masjid bisa dijangkau bagi penyandang cacat, mereka yang memakai kursi roda dapat memasuki masjid tanpa kesulitan.
Saya sebenarnya ingin benar bertemu dengan Imam di sini, tapi sayangnya dirinya sedang sangat sibuk saat itu, ditambah lagi harus bersiap-siap untuk menjadi Imam shalat di siang itu. Maka saya berbincang-bincang sedikit dengan pengurus setempat.
Masjid Paris saat ini dipimpin oleh rektor Dalil Boubakeur sejak tahun 1922. Karena di Masjid Paris tak hanya terdapat tempat ibadah saja, namun institut pendidikan juga terdapat. Bahkan saking banyaknya turis yang mengunjungi masjid ini, restoran, salon teh hingga pemandian hamam (uap) juga terdapat. Dan kabarnya, justru tempat hiburan ini yang paling menarik turis dan penduduk setempat untuk mendatanginya.
Saya penasaran, bertanya jika nantinya akankah saya mendengar suara adzan dari menara? "Indahnya memang seperti itu ya? Tapi kita kan hidup di negara yang tak berlandaskan agama, apalagi ini bukan negara Islam, maka adzan berkumandang ke luar dari masjid ini dilarang tentunya," kata pengurus masjid.
Namun, ia melanjutkan, "Tapi nanti Anda akan mendengar adzan juga, yang akan terdengar hanya di area masjid saja".
Sambil ngobrol dengan pengurus masjid, saya lihat dari tadi beberapa turis datang, dan rata-rata berpakaian sopan. Tiba-tiba seorang turis wanita berambut pirang dengan seorang pria, memasuki masjid. Yang jadi masalah, perempuannya pakai celana pendek, super pendek! Alias cuma pantat saja yang ketutup, dan kaos buntung dengan pusar terlihat.
Cepat-cepat petugas masjid mendatangi kedua pasangan tersebut, dengan sopan menyatakan jika waktu berkunjung telah usai, dan saat ini mereka sedang mempersiapkan untuk shalat.
Saat si wanita berkata akan kembali lagi nanti, dengan sangat berhati-hati, si pengurus masjid menjelaskan jika, memasuki rumah Tuhan, berpakaian sopan sangat dianjurkan, layaknya jika Anda memasuki gereja. "Saya rasa di tempat ibadah manapun tertulis peraturan yang sama," tutur petugas masjid kepada wanita seksi tersebut.
Saat kembali untuk meneruskan perbincangan kami, saya selidiki, apakah sering kedatangan pengunjung seksi? Si bapak pengurus hanya tersenyum, sambil berkata, "Yahh namanya juga negara bebas, berpakaian pun ikut bebas, dan saya rasa tinggal bagaimana caranya kami menyampaikan kepada mereka untuk menghormati tempat ibadah, karena kalau anda datang ke gereja pun, sama kan? Kerap tertulis pakaian sopan yang diperbolehkan memasuki gereja," katanya.
Memang benar, saat saya mengunjungi beberapa gereja di beberapa negara, beberapa kali saya melihat, petugas keamanan menolak beberapa pengunjung yang bercelana pendek untuk masuk kedalamnya. Jadi apalagi masjid ya? Yang untuk melakukan ibadah pun harus menutupi badan bagi kaum wanitnya.
Saya sendiri saat datang, tidak berkerudung hanya begitu memasuki masjid, selendang langsung saya pakai untuk menutupi kepala saya. Tapi selebihnya, bagi turis lainnya tak usah mengenakan penutup kepala, yang terpenting pakaian cukup dinilai sopan, bahkan kaus tangan pendek pun bisa menikmati keindahan masjid yang keramik dan dekorasinya asli dibawa dari beberapa negara Islam. Bagi pengunjung bukan Muslim, dikenakan biaya masuk, karena dianggap sebagai turis.
Pengurus masjid berpamitan untuk mempersiapkan waktunya shalat dzuhur. Suami saya yang juga ikutan sibuk cari informasi soal masjid, mendatangi saya.
"Kamu tahu tidak? Pada masa perang dunia kedua, masjid ini dipakai sebagai tempat persembunyian bangsa Yahudi!" tutur si akang bule suami saya.
"Wahhhh, saya nggak tahu, berarti saat itu toleransi agama sangat kental ya? Bayangkan umat Islam menolong kaum Yahudi untuk menyelamatkan nyawa mereka, yang saya tahu sekarang kan terbalik, yang ada perang melulu rebutan tanah," jawab saya.
Obrolan kami terputus saat adzan terdengar. Kami pun melaksanakan niat kami untuk shalat jamaah. Layaknya di Maroko, beberapa wanita melakukan shalat dengan pakaian Muslim mereka, hanya saya seorang yang mengenakan mukena, dan menjadi bahan pertanyaan para wanita muslim dimana bisa mendapatkan mukena seperti ini.....
Usai shalat, tujuan kami adalah mengisi perut yang dari tadi sudah main beduk! Maklum musim panas waktu shalat bergeser siang. Dzuhur baru dimulai pukul 13.30 dan saat itu waktu menunjukan pukul 14.00. Sudah bisa ditebak tentunya, kemana perut ini akan diisi. Apalagi kalau bukan restoran yang masih satu kawasan dengan masjid.
Saat saya memasuki restoran, suasananya bagaikan di Maroko. Dekorasi hingga jenis makanan yang ditawarkan membuat saya serasa kembali ke Maroko. Bagian depan restoran dipakai untuk salon teh, dan teh mint yang dituangkan ala Maroko sudah membuat saya tak sabar untuk segera mencicipi hidangan di restoran ini.
Tajine dan couscous menjadi pilihan kami. Sayangnya....dari mulai waktu menunggu kebagian tempat hingga datangnya makanan pakai acara lamaaaaa banget...! Satu jam kemudian barulah kami bisa mengisi perut, yang ludes dalam hitungan menit, wajar nahan lapar sudah dari tadi he-he-he...
Soal rasa? Lumayanlah dan soal harga? Boleh dibilang cocoklah dengan Paris. Tapi yang paling menyenangkan di restoran ini justru tempat ngetehnya bagi saya... duduk-duduk dengan santai di bawah pohon ditemani dengan teh hangat dan kue manis ala Maroko. Memulai liburan dengan ibadah selain menenangkan juga menyenangkan sekali.
Liburan sekolah tiba. Dan kota Paris menjadi pilihan kami untuk menghabiskan liburan keluarga sebelum pulang ke tanah air di Indonesia. Sudah kesepakatan, liburan akan diisi dengan acara santai dan budaya. Dari beberapa daftar yang kami tulis Masjid Paris menjadi tujuan utama kami.
Malu juga hati ini, sebagai umat Islam, setiap kali bertandang ke Paris, masjid yang justru menjadi tujuan utama selalu terlewatkan. Tapi lebih baik terlambat daripada tidak kan?
Masjid Paris atau di Perancis di sebut dengan Mosquée de Paris, merupakan masjid terbesar di negara ini. Wajar saja adanya juga di ibukota. Namun bukan yang tertua tertua di Perancis.
Karena itu sebelum bercerita kunjungan saya ke dalam Masjid Paris, saya berbicara sedikit kilas balik mengenai mengapa masjid ini dibangun.
Pada tahun 1856 berdasarkan desakan permintaan dari kaum Muslimin yang bermukim di kota Paris, pemerintahan Perancis mengeluarkan surat izin untuk memberikan lahan di pemakaman Paris Père-Lachaise, yang juga merupakan pemakaman bagi umat Kristiani. Tanah seluas 800 meter diberikan bagi umat Islam untuk memakamkan jenazah dan juga didirikan sebuah masjid kecil sebagai tempat pemandian dan persembahyangan jenazah.
Tempat ini, lebih banyak digunakan oleh bangsa Otoman, keturunan Turki. Tanah yang hanya seluas 800 meter itu, terasa semakin kecil dengan bertambahnya umat Islam yang datang ke Paris. Hingga kaum Muslimin lebih memilih tempat pemakaman di tempat lain atau di negara mereka sendiri. Yang ada kuburan dan masjid menjadi tak terawat karena jarang digunakan.
Proyek baru pun mulai mengalir, seperti renovasi dan pelebaran masjid, sayang dikarenakan Perang Dunia I, gagal terlaksanakan.
Berkat seorang jurnalis Perancis yaitu Paul Boudaire, yang bekerja di surat kabar yang banyak menyinggung masalah penjajahan negara Perancis terhadap negara jajahannya, Paul mengusulkan untuk membangun sebuah masjid yang layak bagi kaum Muslimin. Makanya Paul Boudaire dianggap sebagai bapak dari proyek berdirinya Masjid Paris yang hingga kini berdiri dengan kokoh.
Paul Boudaire, bapak dari pendiri masjid yang justru bukan pemeluk Islam ini dengan antusias mengusulkan dan mendorong agar proyek pendirian Masjid Paris ini terlaksana sebagai tanda penghormatan bangsa Perancis terhadap kaum Muslimin yang telah banyak memberikan jasa bagi negara Perancis pada masa Perang Dunia I. Memang pada Perang Dunia I, banyak penduduk di negara jajahan Perancis seperti Maroko, Aljazair dan negara di Afrika Utara yang merelakan nyawanya justru demi membela negara jajahannya, Perancis.
Maka usai Perang Dunia I, tepatnya tahun 1922, peletakan batu pertama dilakukan di daerah jardin des Plantes, Paris, yang menjadi lokasi berdirinya masjid sebagai tanda hormat kepada 70.000 umat Muslim yang dianggap sebagai pahlawan Perancis.
Empat tahun kemudian tepatnya tanggal 16 Juli 1926, rumah ibadah dengan insipirasi dari Masjid el-Qaraouiyyin di Fès Maroko yang merupakan salah satu masjid tertua di dunia, resmi didirikan. Presiden Perancis Gaston Doumergue dan Sultan Maroko Moulay Youssef meresmikan masjid terbesar pertama di Paris ini yang kini mendapat gelar sebagai tempat bersejarah sejak 9 Desember 1983.
Saatnya saya bercerita bagaiman kunjungan saya di rumah Allah ini. Paling mudah menuju ke Masjid Paris adalah dengan metro. Berada di wilayah 5 Paris (5eme arrondisement), menuju ke sana mengambil metro 7 dan berhenti di Place Morge. Saat kami keluar dari metro, hanya berjalan sedikit menara masjid setinggi 33 meter langsung terlihat dan tembok putih mengelilingi seluruh area masjid.
Saat kami datang, penjaga masjid langsung mendatangi kami. "Maaf waktu kunjungan hampir usai, jika ingin melihat lebih banyak silakan kembali nanti," katanya.
"Kami datang untuk shalat dzuhur," jawab suami saya, Kang Dadang.
"Ohh, Anda Muslim?" timpalnya.
"Ya, kami sekeluarga Muslim," jawab saya.
"Alhamdulillah, silahkan masuk, Anda boleh lihat-lihat masjid jika berkenan sebelum shalat," tuturnya dengan ramah.
Kami pun memasuki masjid. Suasana asri dan sejuk langsung menyambar pemandangan saya. Saya dan suami pernah mendatangi Masjid el-Qaraouiyyin di kota Fès, Maroko dan memang Mosquée de Paris ini banyak dipengaruhi arsitekturnya dari sana.
Bagian utama Masjid Paris di tengah-tengahnya berupa taman asri dengan bunga-bunga cantik dan pohon palem. Juga air mancur yang mengalir kebeberapa penjuru di tamannya. Lalu lorong-lorong tempat berbagai keperluan. Seperti madrasah, ruang andmistrasi, ruang pertemuan hingga perpustakaan.
Di bagian kedua masjid, pilar-pilar berbaris sepanjang lorong dengan lantai keramik dan di tengahnya terdapat teras besar terbuka. Di bagian kedua inilah ruang ibadah dengan dekorasi dari berbagai dunia Islam menyatu. Masjid Paris bersih dan rapi.
Saat suami saya, Kang Dadang alias David dan anak sulung saya sedang melakukan shalat masjid, saya menjaga si kecil di luar yang tak bisa diam berlari kesana-kemari. Sepatu-sepatu yang ditanggalkan suami dan anak saya begitu saja diluar, juga beberapa pengunjung lainnya, langsung dibereskan oleh pengurus masjid, ditaruhnya dalam rak sepatu. Maklum beberapa masjid di kota saya, Montpellier, rapi dan bersihnya tak sebanding dengan masjid di Paris ini.
Sambil menunggu waktu dzuhur, kami kembali melihat-lihat isi masjid. Ruang perpustakaan sempat menggoda kami untuk melihat-lihat beberapa buku, namun berhubung tak ada orang yang menjaga, urung niat kami untuk mengambil beberapa buku dan melihatnya. Tempat wudhu bagi wanita dan pria terpisah jauh. Wanita berada di dalam dan pria berada di halaman. Baiknya, masjid bisa dijangkau bagi penyandang cacat, mereka yang memakai kursi roda dapat memasuki masjid tanpa kesulitan.
Saya sebenarnya ingin benar bertemu dengan Imam di sini, tapi sayangnya dirinya sedang sangat sibuk saat itu, ditambah lagi harus bersiap-siap untuk menjadi Imam shalat di siang itu. Maka saya berbincang-bincang sedikit dengan pengurus setempat.
Masjid Paris saat ini dipimpin oleh rektor Dalil Boubakeur sejak tahun 1922. Karena di Masjid Paris tak hanya terdapat tempat ibadah saja, namun institut pendidikan juga terdapat. Bahkan saking banyaknya turis yang mengunjungi masjid ini, restoran, salon teh hingga pemandian hamam (uap) juga terdapat. Dan kabarnya, justru tempat hiburan ini yang paling menarik turis dan penduduk setempat untuk mendatanginya.
Saya penasaran, bertanya jika nantinya akankah saya mendengar suara adzan dari menara? "Indahnya memang seperti itu ya? Tapi kita kan hidup di negara yang tak berlandaskan agama, apalagi ini bukan negara Islam, maka adzan berkumandang ke luar dari masjid ini dilarang tentunya," kata pengurus masjid.
Namun, ia melanjutkan, "Tapi nanti Anda akan mendengar adzan juga, yang akan terdengar hanya di area masjid saja".
Sambil ngobrol dengan pengurus masjid, saya lihat dari tadi beberapa turis datang, dan rata-rata berpakaian sopan. Tiba-tiba seorang turis wanita berambut pirang dengan seorang pria, memasuki masjid. Yang jadi masalah, perempuannya pakai celana pendek, super pendek! Alias cuma pantat saja yang ketutup, dan kaos buntung dengan pusar terlihat.
Cepat-cepat petugas masjid mendatangi kedua pasangan tersebut, dengan sopan menyatakan jika waktu berkunjung telah usai, dan saat ini mereka sedang mempersiapkan untuk shalat.
Saat si wanita berkata akan kembali lagi nanti, dengan sangat berhati-hati, si pengurus masjid menjelaskan jika, memasuki rumah Tuhan, berpakaian sopan sangat dianjurkan, layaknya jika Anda memasuki gereja. "Saya rasa di tempat ibadah manapun tertulis peraturan yang sama," tutur petugas masjid kepada wanita seksi tersebut.
Saat kembali untuk meneruskan perbincangan kami, saya selidiki, apakah sering kedatangan pengunjung seksi? Si bapak pengurus hanya tersenyum, sambil berkata, "Yahh namanya juga negara bebas, berpakaian pun ikut bebas, dan saya rasa tinggal bagaimana caranya kami menyampaikan kepada mereka untuk menghormati tempat ibadah, karena kalau anda datang ke gereja pun, sama kan? Kerap tertulis pakaian sopan yang diperbolehkan memasuki gereja," katanya.
Memang benar, saat saya mengunjungi beberapa gereja di beberapa negara, beberapa kali saya melihat, petugas keamanan menolak beberapa pengunjung yang bercelana pendek untuk masuk kedalamnya. Jadi apalagi masjid ya? Yang untuk melakukan ibadah pun harus menutupi badan bagi kaum wanitnya.
Saya sendiri saat datang, tidak berkerudung hanya begitu memasuki masjid, selendang langsung saya pakai untuk menutupi kepala saya. Tapi selebihnya, bagi turis lainnya tak usah mengenakan penutup kepala, yang terpenting pakaian cukup dinilai sopan, bahkan kaus tangan pendek pun bisa menikmati keindahan masjid yang keramik dan dekorasinya asli dibawa dari beberapa negara Islam. Bagi pengunjung bukan Muslim, dikenakan biaya masuk, karena dianggap sebagai turis.
Pengurus masjid berpamitan untuk mempersiapkan waktunya shalat dzuhur. Suami saya yang juga ikutan sibuk cari informasi soal masjid, mendatangi saya.
"Kamu tahu tidak? Pada masa perang dunia kedua, masjid ini dipakai sebagai tempat persembunyian bangsa Yahudi!" tutur si akang bule suami saya.
"Wahhhh, saya nggak tahu, berarti saat itu toleransi agama sangat kental ya? Bayangkan umat Islam menolong kaum Yahudi untuk menyelamatkan nyawa mereka, yang saya tahu sekarang kan terbalik, yang ada perang melulu rebutan tanah," jawab saya.
Obrolan kami terputus saat adzan terdengar. Kami pun melaksanakan niat kami untuk shalat jamaah. Layaknya di Maroko, beberapa wanita melakukan shalat dengan pakaian Muslim mereka, hanya saya seorang yang mengenakan mukena, dan menjadi bahan pertanyaan para wanita muslim dimana bisa mendapatkan mukena seperti ini.....
Usai shalat, tujuan kami adalah mengisi perut yang dari tadi sudah main beduk! Maklum musim panas waktu shalat bergeser siang. Dzuhur baru dimulai pukul 13.30 dan saat itu waktu menunjukan pukul 14.00. Sudah bisa ditebak tentunya, kemana perut ini akan diisi. Apalagi kalau bukan restoran yang masih satu kawasan dengan masjid.
Saat saya memasuki restoran, suasananya bagaikan di Maroko. Dekorasi hingga jenis makanan yang ditawarkan membuat saya serasa kembali ke Maroko. Bagian depan restoran dipakai untuk salon teh, dan teh mint yang dituangkan ala Maroko sudah membuat saya tak sabar untuk segera mencicipi hidangan di restoran ini.
Tajine dan couscous menjadi pilihan kami. Sayangnya....dari mulai waktu menunggu kebagian tempat hingga datangnya makanan pakai acara lamaaaaa banget...! Satu jam kemudian barulah kami bisa mengisi perut, yang ludes dalam hitungan menit, wajar nahan lapar sudah dari tadi he-he-he...
Soal rasa? Lumayanlah dan soal harga? Boleh dibilang cocoklah dengan Paris. Tapi yang paling menyenangkan di restoran ini justru tempat ngetehnya bagi saya... duduk-duduk dengan santai di bawah pohon ditemani dengan teh hangat dan kue manis ala Maroko. Memulai liburan dengan ibadah selain menenangkan juga menyenangkan sekali.
Segarnya Es Dawet Durian di Semarang
Dawet Banjarnegara, manisnya sangat dan segar bukan? Bagaimana kalau ditambah dengan buah durian? Heem, yang jelas makin legit dan nikmat.
Ya, jika anda kebetulan singgah ke Kota Semarang, tak ada salahnya mencicipi minuman berkuah santan nan kental dan manis legit ini. Tapi yang ini bukan dari Banjarnegara, melainkan Jepara spesial dawet durian.
Minuman ini biasa dijual di atas gerobak. Salah satunya bisa dijumpai di tepian Jalan MT Haryono 720 Semarang. Si penjual, Sokhib (50) perantauan dari Jepara itu sudah berjualan hampir 27 tahun. "Alhamdulillah dari hasil berjualan es dawet ini saya bisa membuat rumah dan anak saya bisa kuliah sampai lulus,'' katanya sambil menyerut es balok.
Satu mangkok dawet durian berisi kuah santan, air gula merah, dawet, tape ketan, potongan buah nangka dan tiga biji durian berdaging tebal. Dawetnya berbahan tepung maizena dan tanpa pewarna. Lebih segar bila ditambah dengan serutan es balok. Cukup dengan Rp 15 ribu anda akan menikmati semangkok es durian yang segar dan lezat. Sangat pas dengan cuaca Semarang yang gerah.
"Buah duriannya pakai yang lokal. Tapi kalau pas tidak musim ya pakai duren montong. Lebih mahal memang, tapi pinter-pinternya kita yang atur supaya harga tak perlu naik,'' ungkapnya.
Penjual dawet durian memang tak sebanyak dawet Banjarnegara yang mudah dijumpai di mana-mana. Tapi semua penjual dawet durian yang ada di Semarang, menurut Sokhib, bisa dipastikan berasal dari Jepara. Sekitar sepuluh orang berasal dari desa Kedungsari Mulyo, Welahan, Jepara, termasuk dirinya. Pada waktu-waktu tertentu mereka akan libur sementara, seperti pada musim tanam dan masa panen. "Kami tetap tidak bisa meninggalkan sawah',' ujar Sokhib.
Ya, jika anda kebetulan singgah ke Kota Semarang, tak ada salahnya mencicipi minuman berkuah santan nan kental dan manis legit ini. Tapi yang ini bukan dari Banjarnegara, melainkan Jepara spesial dawet durian.
Minuman ini biasa dijual di atas gerobak. Salah satunya bisa dijumpai di tepian Jalan MT Haryono 720 Semarang. Si penjual, Sokhib (50) perantauan dari Jepara itu sudah berjualan hampir 27 tahun. "Alhamdulillah dari hasil berjualan es dawet ini saya bisa membuat rumah dan anak saya bisa kuliah sampai lulus,'' katanya sambil menyerut es balok.
Satu mangkok dawet durian berisi kuah santan, air gula merah, dawet, tape ketan, potongan buah nangka dan tiga biji durian berdaging tebal. Dawetnya berbahan tepung maizena dan tanpa pewarna. Lebih segar bila ditambah dengan serutan es balok. Cukup dengan Rp 15 ribu anda akan menikmati semangkok es durian yang segar dan lezat. Sangat pas dengan cuaca Semarang yang gerah.
"Buah duriannya pakai yang lokal. Tapi kalau pas tidak musim ya pakai duren montong. Lebih mahal memang, tapi pinter-pinternya kita yang atur supaya harga tak perlu naik,'' ungkapnya.
Penjual dawet durian memang tak sebanyak dawet Banjarnegara yang mudah dijumpai di mana-mana. Tapi semua penjual dawet durian yang ada di Semarang, menurut Sokhib, bisa dipastikan berasal dari Jepara. Sekitar sepuluh orang berasal dari desa Kedungsari Mulyo, Welahan, Jepara, termasuk dirinya. Pada waktu-waktu tertentu mereka akan libur sementara, seperti pada musim tanam dan masa panen. "Kami tetap tidak bisa meninggalkan sawah',' ujar Sokhib.
Minggu, 26 Februari 2012
Berpedas-pedas di Cibiuk
SAMBAL Cibiuk bukan sembarang sambal. Selain punya nilai sejarah, rasanya juga wow...! Segar, tanpa jejak rasa panas di mulut.
Dari kisah turun-temurun, seperti yang diceritakan Manajer Rumah Makan (RM) Cibiuk di Jalan 0to Iskandar Dinata, Garut, Endang Sambas, sambal Cibiuk adalah warisan dari Sheikh Jafar Sidik, tokoh yang disejajarkan dengan wali karena menyebarkan agama Islam di Garut pada abad ke-18.
Setiap kali menyebarkan ajaran agama di rumahnya, Jafar Sidik selalu menjamu tamunya dengan makanan, termasuk sambal yang dibuat salah satu putrinya, Eyang Fatimah. Dari cerita inilah, Fatimah dikenal sebagai orang pertama yang membuat sambal Cibiuk.
Sejak zaman itu pula, hingga sekarang, konon cita rasa sambal Cibiuk tak berubah, yaitu pedas tanpa meninggalkan jejak rasa panas di mulut, sekaligus segar. ”Itu karena cabai rawitnya adalah cabai rawit pilihan,” kata Sambas, sedikit mengungkapkan rahasia sambal Cibiuk yang tak meninggalkan panas di mulut itu.
Selain cabai rawit berukuran besar, atau yang sering disebut cengek domba oleh orang Sunda, bahan lain untuk membuat sambal Cibiuk adalah tomat, kemangi, bawang merah, kencur, garam, dan terasi. Namun, tak seperti sambal pada umumnya yang diulek halus, sambal Cibiuk diulek kasar. Maka, potongan tomat mengkal dan lembaran daun kemangi yang masih utuh membuat sambal ini lebih terlihat seperti lalap.
Ada beberapa variasi sambal yang disediakan rumah makan yang sudah tersebar ke beberapa kota di Jawa Barat dan Jakarta itu. Dalam daftar menunya, di antaranya ada sambal asli Cibiuk hijau, sambal asli Cibiuk merah, dan sambal ceurik yang rasanya ekstra pedas.
Sambal hijau, yang menjadi favorit konsumen, dibuat dari tomat hijau dan cabai rawit hijau atau kekuningan. Sementara sambal merah berbahankan cabai rawit dan tomat merah.
Lalu, demi memenuhi permintaan pelanggan yang tak puas dengan pedasnya sambal hijau dan merah, dibuatlah sambal ceurik dengan rasanya yang ekstra pedas. Saking pedasnya, bisa-bisa Anda dibuat ceurik (nangis) saat mencicipi sambal ini.
”Bahan sambal ceurik sebenarnya sama seperti sambal yang lain. Hanya saja, komposisi cabai rawitnya lebih banyak dan diulek lebih halus,” kata Sambas.
Petualangan mencicipi sambal di tempat yang menjadi pusat dan dapur rumah makan Cibiuk di beberapa kota ini tak terbatas pada sambal asli Cibiuk. Rumah makan yang awalnya berdiri di wilayah Cibiuk ini juga memberi kepuasan lain kepada penggemar sambal.
Tak jauh dari pintu masuk, kita bisa menemukan saung kecil yang di atas mejanya tersaji berbagai jenis sambal, mulai dari sambal mentah, sambal goreng, sambal mangga, sambal kecap, hingga sambal dabu-dabu. Kesemuanya ini disajikan gratis bagi konsumen, lengkap dengan beberapa jenis lalap.
Beragam variasi sambal ini begitu nikmat disantap dengan masakan khas rumah makan tersebut. Sebut saja berbagai jenis pepes, tumis gencer oncom, gurami bakar cobek, dan menu yang paling terkenal, yaitu ayam bambu.
Selain dibakar dalam bambu, menu ayam bambu ini juga mempunyai keunikan karena diracik bersama bahan yang jarang dipakai untuk memasak, seperti daun pohpohan dan daun belimbing.
”Kami memang memakai bahan yang agak jarang ditemukan, seperti daun pohpohan, daun mamangkokan, dan kiciwis,” kata Sambas, menyebut beberapa jenis daun dan sayuran yang dulunya sering dikonsumsi sebagai lalap atau untuk ditumis.
Pemandangan alam
Kenikmatan menyantap menu di RM Cibiuk semakin lengkap dengan suasana yang disajikan. Rumah makan milik Iyus Ruslan, yang cikal bakalnya berupa warung kecil sewaan ini, memanjakan pembelinya dengan menyediakan tempat bernuansa alam.
Selain deretan kursi dan meja makan di dalam ruangan, pengunjung juga bisa menikmati kuliner khas Cibiuk sambil lesehan, bersantai di saung yang berderet di bagian belakang bangunan rumah makan dan toko oleh-oleh.
Di tempat ini, konsumen diajak menikmati alam dengan adanya sawah dan kolam ikan yang dibuat di depan saung. Seolah tak cukup dengan sawah dan kolam ikan buatan, nuansa alam asli tersaji dengan pemandangan Gunung Guntur yang menjadi halaman belakang rumah makan. Gunung ini adalah salah satu gunung besar yang melingkupi Garut, selain Papandayan dan Cikuray.
”Makan di sini lumayan komplet. Selain bisa menikmati makanannya, kita juga bisa menikmati pemandangan alam,” ujar Dinar, warga Jakarta yang menjelang akhir Desember lalu berlibur ke Garut bersama keluarganya.
Dari kisah turun-temurun, seperti yang diceritakan Manajer Rumah Makan (RM) Cibiuk di Jalan 0to Iskandar Dinata, Garut, Endang Sambas, sambal Cibiuk adalah warisan dari Sheikh Jafar Sidik, tokoh yang disejajarkan dengan wali karena menyebarkan agama Islam di Garut pada abad ke-18.
Setiap kali menyebarkan ajaran agama di rumahnya, Jafar Sidik selalu menjamu tamunya dengan makanan, termasuk sambal yang dibuat salah satu putrinya, Eyang Fatimah. Dari cerita inilah, Fatimah dikenal sebagai orang pertama yang membuat sambal Cibiuk.
Sejak zaman itu pula, hingga sekarang, konon cita rasa sambal Cibiuk tak berubah, yaitu pedas tanpa meninggalkan jejak rasa panas di mulut, sekaligus segar. ”Itu karena cabai rawitnya adalah cabai rawit pilihan,” kata Sambas, sedikit mengungkapkan rahasia sambal Cibiuk yang tak meninggalkan panas di mulut itu.
Selain cabai rawit berukuran besar, atau yang sering disebut cengek domba oleh orang Sunda, bahan lain untuk membuat sambal Cibiuk adalah tomat, kemangi, bawang merah, kencur, garam, dan terasi. Namun, tak seperti sambal pada umumnya yang diulek halus, sambal Cibiuk diulek kasar. Maka, potongan tomat mengkal dan lembaran daun kemangi yang masih utuh membuat sambal ini lebih terlihat seperti lalap.
Ada beberapa variasi sambal yang disediakan rumah makan yang sudah tersebar ke beberapa kota di Jawa Barat dan Jakarta itu. Dalam daftar menunya, di antaranya ada sambal asli Cibiuk hijau, sambal asli Cibiuk merah, dan sambal ceurik yang rasanya ekstra pedas.
Sambal hijau, yang menjadi favorit konsumen, dibuat dari tomat hijau dan cabai rawit hijau atau kekuningan. Sementara sambal merah berbahankan cabai rawit dan tomat merah.
Lalu, demi memenuhi permintaan pelanggan yang tak puas dengan pedasnya sambal hijau dan merah, dibuatlah sambal ceurik dengan rasanya yang ekstra pedas. Saking pedasnya, bisa-bisa Anda dibuat ceurik (nangis) saat mencicipi sambal ini.
”Bahan sambal ceurik sebenarnya sama seperti sambal yang lain. Hanya saja, komposisi cabai rawitnya lebih banyak dan diulek lebih halus,” kata Sambas.
Petualangan mencicipi sambal di tempat yang menjadi pusat dan dapur rumah makan Cibiuk di beberapa kota ini tak terbatas pada sambal asli Cibiuk. Rumah makan yang awalnya berdiri di wilayah Cibiuk ini juga memberi kepuasan lain kepada penggemar sambal.
Tak jauh dari pintu masuk, kita bisa menemukan saung kecil yang di atas mejanya tersaji berbagai jenis sambal, mulai dari sambal mentah, sambal goreng, sambal mangga, sambal kecap, hingga sambal dabu-dabu. Kesemuanya ini disajikan gratis bagi konsumen, lengkap dengan beberapa jenis lalap.
Beragam variasi sambal ini begitu nikmat disantap dengan masakan khas rumah makan tersebut. Sebut saja berbagai jenis pepes, tumis gencer oncom, gurami bakar cobek, dan menu yang paling terkenal, yaitu ayam bambu.
Selain dibakar dalam bambu, menu ayam bambu ini juga mempunyai keunikan karena diracik bersama bahan yang jarang dipakai untuk memasak, seperti daun pohpohan dan daun belimbing.
”Kami memang memakai bahan yang agak jarang ditemukan, seperti daun pohpohan, daun mamangkokan, dan kiciwis,” kata Sambas, menyebut beberapa jenis daun dan sayuran yang dulunya sering dikonsumsi sebagai lalap atau untuk ditumis.
Pemandangan alam
Kenikmatan menyantap menu di RM Cibiuk semakin lengkap dengan suasana yang disajikan. Rumah makan milik Iyus Ruslan, yang cikal bakalnya berupa warung kecil sewaan ini, memanjakan pembelinya dengan menyediakan tempat bernuansa alam.
Selain deretan kursi dan meja makan di dalam ruangan, pengunjung juga bisa menikmati kuliner khas Cibiuk sambil lesehan, bersantai di saung yang berderet di bagian belakang bangunan rumah makan dan toko oleh-oleh.
Di tempat ini, konsumen diajak menikmati alam dengan adanya sawah dan kolam ikan yang dibuat di depan saung. Seolah tak cukup dengan sawah dan kolam ikan buatan, nuansa alam asli tersaji dengan pemandangan Gunung Guntur yang menjadi halaman belakang rumah makan. Gunung ini adalah salah satu gunung besar yang melingkupi Garut, selain Papandayan dan Cikuray.
”Makan di sini lumayan komplet. Selain bisa menikmati makanannya, kita juga bisa menikmati pemandangan alam,” ujar Dinar, warga Jakarta yang menjelang akhir Desember lalu berlibur ke Garut bersama keluarganya.
Nasi Tempong, Pedas, Pipi Terasa Ditempeleng...
Ingin merasakan nasi sambal dengan rasa cabe yang amat pedas dan sampai merasa pipi ditempeleng datanglah ke Kota Banyuwangi, di ujung timur Pulau Jawa. Karena rasa pedasnya nasi tradisional itu dinamakan nasi tempong yang artinya merasa ditempeleng karena pedasnya.
Nasi tempong adalah nasi yang disajikan bersama lauk tahu, tempe, bakwan jagung goreng, ikan jambal goreng tepung. Ditambahi lalapan sayuran rebus seperti sayuran bayam, kenikir dan daun kemangi. Terakhir sayurannya disiram dengan sambal cabe campur kacang yang sangat pedas. Bau bumbu dapur kencur sangat terasa di sambalnya.
Nasi tempong banyak dijual di seputaran sudut Kota Banyuwangi dengan harga standar Rp 7.000. Tetapi harga akan berubah sampai Rp 15.000 tergantung lauk yang dipilih. Kalau ditambahi ayam goreng, ikan kembung atau kikil goreng lauk khas Jawa Timur memang terasa mahal.
Penjual nasi tempong memang hanya berupa warung-warung kecil ala kaki lima. Salah satunya yang ramai pengunjung adalah Warung Mbak Sum di Jalan Ahmad Yani, Banyuwangi yang sangat strategis lokasinya karena dekat sekali dengan bank-bank pemerintah. Sehingga pas waktu makan siang sangat ramai pengunjungnya.
Warung Mbak Sum hanya ala kaki lima dan bertenda plastik. Meja dan kayu diatur memanjang dengan lauk sudah disiapkan di atas meja. Pengunjung tinggal memilih lauk makanannya.
Mencicipi rasa sambalnya terasa menyengat di lidah pedasnya dan membuat panas di telinga. Usai berpedas-pedas sangat ingin langsung minum es teh sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan kepedasan. Nasi tempong sebenarnya sangat sederhana pengaturannya dan sensasi rasa dari sambalnya saja.
Tapi karena rasa pedasnya sambal yang berbau kencur membuat kangen warga Banyuwangi yang merantau ke luar kota. Setiap pulang kampung mereka makan tradisional khas Suku Osing itu untuk merasakan nostalgia makan nasi tempong yang oleh warga Banyuwangi disebut “sego tempong”.
Nasi tempong sering juga disajikan pada acara-acara pengajian dan syukuran warga Banyuwangi di rumah-rumah pribadi. Karena nasi tempong menjadi menu favorit makanan warga Banyuwangi.
Nasi tempong adalah nasi yang disajikan bersama lauk tahu, tempe, bakwan jagung goreng, ikan jambal goreng tepung. Ditambahi lalapan sayuran rebus seperti sayuran bayam, kenikir dan daun kemangi. Terakhir sayurannya disiram dengan sambal cabe campur kacang yang sangat pedas. Bau bumbu dapur kencur sangat terasa di sambalnya.
Nasi tempong banyak dijual di seputaran sudut Kota Banyuwangi dengan harga standar Rp 7.000. Tetapi harga akan berubah sampai Rp 15.000 tergantung lauk yang dipilih. Kalau ditambahi ayam goreng, ikan kembung atau kikil goreng lauk khas Jawa Timur memang terasa mahal.
Penjual nasi tempong memang hanya berupa warung-warung kecil ala kaki lima. Salah satunya yang ramai pengunjung adalah Warung Mbak Sum di Jalan Ahmad Yani, Banyuwangi yang sangat strategis lokasinya karena dekat sekali dengan bank-bank pemerintah. Sehingga pas waktu makan siang sangat ramai pengunjungnya.
Warung Mbak Sum hanya ala kaki lima dan bertenda plastik. Meja dan kayu diatur memanjang dengan lauk sudah disiapkan di atas meja. Pengunjung tinggal memilih lauk makanannya.
Mencicipi rasa sambalnya terasa menyengat di lidah pedasnya dan membuat panas di telinga. Usai berpedas-pedas sangat ingin langsung minum es teh sebanyak-banyaknya untuk menghilangkan kepedasan. Nasi tempong sebenarnya sangat sederhana pengaturannya dan sensasi rasa dari sambalnya saja.
Tapi karena rasa pedasnya sambal yang berbau kencur membuat kangen warga Banyuwangi yang merantau ke luar kota. Setiap pulang kampung mereka makan tradisional khas Suku Osing itu untuk merasakan nostalgia makan nasi tempong yang oleh warga Banyuwangi disebut “sego tempong”.
Nasi tempong sering juga disajikan pada acara-acara pengajian dan syukuran warga Banyuwangi di rumah-rumah pribadi. Karena nasi tempong menjadi menu favorit makanan warga Banyuwangi.
Bena, Kemegahan Warisan Budaya Zaman Batu di Flores
Sebuah kampung tradisional bernama Bena telah menjadi salah satu tujuan wajib saat Anda menyambangi Pulau Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Di sini waktu seakan terhenti dimana kehidupan dari masa zaman batu masih dapat Anda nikmati dan resapi bersama keramahan penduduknya yang mengesankan dengan senyum di mulut yang berwarna merah karena mengunyah sirih pinang. Nikmatilah kemewahan dan kemegahan salah satu warisan budaya Nusantara yang mengagumkan di Bena.
Bertengger dengan berporoskan pada Gunung Inerie (2.245 mdpl), Kampung Bena di Bajawa adalah salah satu dari desa tradisional Flores yang masih tersisa meninggalkan jejak-jejak budaya megalit yang mengagumkan. Desa ini lokasinya hanya 18 km dari kota Bajawa di Pulau Flores. Kota Bajawa yang terletak di cekungan seperti sebuah piring yang dipagari barisan pegunungan. Kota ini banyak dikunjungi wisatawan apalagi cuacanya cukup dingin, sejuk, dan berbukit-bukit, mirip seperti di Kaliurang, Yogyakarta.
Kehidupan di Kampung Bena dipertahankan bersama budaya zaman batu yang tidak banyak berubah sejak 1.200 tahun yang lalu. Di sini ada 9 suku yang menghuni 45 unit rumah, yaitu: suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Pembeda antara satu suku dengan suku lainnya adalah adanya tingkatan sebanyak 9 buah. Setiap satu suku berada dalam satu tingkat ketinggian. Rumah suku Bena sendiri berada di tengah-tengah. Karena suku Bena dianggap suku yang paling tua dan pendiri kampung maka karena itu pula dinamai dengan nama Bena.
Umumnya warga suku-suku di Bena bermata pencaharian sebagai peladang dengan kebun-kebun menghijau tumbuh di sisi-sisi ngarai yang mengelilingi kampung. Untuk berkomunikasi sehari-hari mereka menggunakan bahasa Nga’dha. Hampir seluruh warga Kampung Bena memeluk agama Katolik namun tetap menjalankan kepercayaan leluhur termasuk adat dan tradisinya.
Saat ini Kampung Bena dihuni 326 jiwa dalam 120 keluarga. Akan tetapi, ikatan adat dari kampung ini lebih luas lagi karena ada ribuan jiwa lainnya yang merupakan keturunan warga Bena bermukim di luar kampung adat. Warga kampung Bena menganut sistem kekerabatan dengan mengikuti garis keturunan pihak ibu. Lelaki Bena yang menikah dengan wanita suku lain maka akan menjadi bagian dari klan istrinya. Khusus untuk wanita di Bena mereka wajib untuk memiliki keahlian menenun dengan bermotifkan kuda dan gajah sebagai ciri khasnya.
Bagi warga Bena, mereka percaya bahwa di puncak Gunung Inerie bersemayam Dewa Zeta yang melindungi mereka. Gunung Inerie setinggi 2.245 mdpl adalah gunung dengan hutan lebat di sebelah baratnya saja. Sementara itu, di lereng bagian selatannya berupa perkebunan. Bagi warga Bena Gunung Inerie dianggap sebagai hak mama (Ibu) dan Gunung Surulaki dianggap sebagai hak bapa (Ayah).
Petualang dan pendaki berdatangan ke Gunung Inerie saat musim kemarau (antara Juni hingga Agustus). Dari atas puncaknya terlihat pemandangan indah dari segala arah termasuk kota Bajawa di sebelah barat laut. Di bagian selatan terlihat birunya Laut Sawu yang menempel rapat di kaki gunung ini. Tahun 1882 dan 1970 Gunung Inerie pernah meletus dan kini meninggalkan jejak keindahan dan kemegahannya dengan bumbu tanah subur di sekilingnya. Perhatikan bagaimana ukuran batang bambu yang tergolong sangat besar tumbuh di sekitarnya gunung ini!
Kegiatan
Di sini dapat Anda puaskan untuk mengamati berhamparan bebatuan megalith tertata untuk upacara adat dengan formasi yang memukau. Temukan kemewahan dan kemegahan budaya dari zaman batu dipertontonkan. Warga Bena sejak dahulu menganggap bahwa gunung, batu, dan hewan-hewan harus dihormati sebagai bagian dari kehidupan.
Saat Anda menjejakkan kaki di beranda depan Kampung Bena maka tersaji pemandangan rumah adat beratap serat ijuk berjejeran nampak berumpak-umpak. Badan kampung memanjang dari utara ke selatan dengan pintu masuk kampung hanya dari utara. Di ujung lainnya di bagian selatan adalah puncaknya sekaligus tepian tebing terjal.
Kampung Bena memiliki panjang 375 meter dan lebar 80 meter. Setidaknya ada lebih dari 45 rumah yang mengelilingi perkampungan ini ditemani keaslian budaya megalit. Perhatikan 9 tingkat ketinggian tanah di kampung ini sekaligus membedakan 9 suku yang mendiaminya dan setiap satu suku berada dalam satu tingkat ketinggian tertentu.
Rumah keluarga inti laki-laki dinamakan sakalobo, berupa patung pria di atas rumah yang memegang parang dan lembing. Sementara itu, rumah keluarga inti perempuan disebut sakapu’u. Anda juga akan melihat banyak tanduk kerbau, rahang dan taring babi dipajang menggantung berderet di depan rumah sebagai lambang status sosial orang Bena. Tanduk, rahang, dan taring babi tersebut berasal dari hewan-hewan yang dikorbankan oleh masing-masing suku saat upacara adat.
Ngadhu bediri di depan setiap rumah adat dimana bangunan ini menjadi simbol nenek moyang laki-laki. Ngadhu adalah rumah berpayung dengan satu tiang kayu yang diukir, akar kayu tersebut harus dibuat bercabang dua dan ditanam dengan darah babi atau ayam. Ngadhu yang beratap serat ijuk ini memiliki tiang tunggal dari jenis kayu khusus yang keras karena berfungsi juga sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika upacara adat.
Seperti juga ngadhu yang berdiri di halaman depan rumah adat Flores, bagha adalah simbol nenek moyang perempuan. Bhaga berupa miniatur rumah adat yang dipersiapkan untuk menerima laki-laki yang menikahi wanita di kampung ini. Setiap rumah adat ditandai dengan ukiran (weti) dan di atapnya terdapat senjata yang berguna untuk melindungi penghuninya dari roh-roh jahat. Miniatur bhaga juga memiliki makna sebagai motivasi hidup bagi anak-anak mereka dan sebagai pengingat bahwa kemana pun mereka pergi maka harus tetap diingat bahwa kampung ini adalah tempat asal mereka. Karena ada 9 suku di Kampung Bena maka terdapat sembilan pasang ngadu dan bagha.
Di tepi paling atas tepat di ujung tertinggi Kampung Bena orang tidak akan mengira ada sebuah tempat yang menyajikan panorama mengagumkan. Dari atas bukit ini jurang mengaga menjembatani rentetan gunung dan Laut Sawu di sebelah kanannya. Pastikan Anda berfoto dengan latar yang luar biasa tersebut.
Mengunyah pinang dan sirih muda dipadu kapur barus adalah kebiasaan sehari-hari yang diwariskan dari nenek moyang mereka. Mengunyah ramuan ini akan memberi rasa segar dengan bonus jejak warna merah di gigi. Mengunyah sirih pinang tidak mengenal waktu, kegiatan tersebut dapat dilakukan pagi, siang, sore bahkan malam hari. Percampuran antara daun sirih, pinang, kapur, gambir dan sedikit tembakau menghasilkan residunya berupa ludah yang berwarna merah dan sisa-sisa serat dari buah pinang. Rasanya tidaklah manis tetapi pengalaman mencicipinya bisa jadi menorehkan pengalaman termanis saat Anda berkunjung ke Kampung Bena.
Kemiri (Aleuritis molucana) yang dijemur adalah pemandangan yang pasti akan Anda temukan di Bena. Warga Kampung Bena mengolah biji kemiri yang mengandung racun ringan dengan memanaskan tanpa minyak atau air hingga biji hangat. Pemanasan alami dengan menjemurnya di bawah terik Matahari akan menguraikan toksin. Bijinya kemiri dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah dan minyak yang diekstrak dari bijinya dapat digunakan sebagai bahan campuran cat.
Anda dapat menyewa kendaraan untuk berkeliling di Bajawa. Lokasi Kampung Bena sekira hanya 18 km dari kota Bajawa. Pemandangan menuju Kampung Bena diperkaya titik-titik indah panorama alam. Jangan sungkan meminta sopir agar memberitahu sudut-sudut yang bagus untuk mengabadikan keindahan alamnya dengan kamera Anda.
Saat Anda berkunjung ke Bena, ada kesepakatan tidak tertulis agar warga kampung Bena tidak mengganggu wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Akan tetapi, itu jadinya membosankan. Karenanya, beranikan diri menyapa mereka dan nantikan senyum dan keramahan berbinar dari wajah-wajah yang santun itu.
Bertengger dengan berporoskan pada Gunung Inerie (2.245 mdpl), Kampung Bena di Bajawa adalah salah satu dari desa tradisional Flores yang masih tersisa meninggalkan jejak-jejak budaya megalit yang mengagumkan. Desa ini lokasinya hanya 18 km dari kota Bajawa di Pulau Flores. Kota Bajawa yang terletak di cekungan seperti sebuah piring yang dipagari barisan pegunungan. Kota ini banyak dikunjungi wisatawan apalagi cuacanya cukup dingin, sejuk, dan berbukit-bukit, mirip seperti di Kaliurang, Yogyakarta.
Kehidupan di Kampung Bena dipertahankan bersama budaya zaman batu yang tidak banyak berubah sejak 1.200 tahun yang lalu. Di sini ada 9 suku yang menghuni 45 unit rumah, yaitu: suku Dizi, suku Dizi Azi, suku Wahto, suku Deru Lalulewa, suku Deru Solamae, suku Ngada, suku Khopa, dan suku Ago. Pembeda antara satu suku dengan suku lainnya adalah adanya tingkatan sebanyak 9 buah. Setiap satu suku berada dalam satu tingkat ketinggian. Rumah suku Bena sendiri berada di tengah-tengah. Karena suku Bena dianggap suku yang paling tua dan pendiri kampung maka karena itu pula dinamai dengan nama Bena.
Umumnya warga suku-suku di Bena bermata pencaharian sebagai peladang dengan kebun-kebun menghijau tumbuh di sisi-sisi ngarai yang mengelilingi kampung. Untuk berkomunikasi sehari-hari mereka menggunakan bahasa Nga’dha. Hampir seluruh warga Kampung Bena memeluk agama Katolik namun tetap menjalankan kepercayaan leluhur termasuk adat dan tradisinya.
Saat ini Kampung Bena dihuni 326 jiwa dalam 120 keluarga. Akan tetapi, ikatan adat dari kampung ini lebih luas lagi karena ada ribuan jiwa lainnya yang merupakan keturunan warga Bena bermukim di luar kampung adat. Warga kampung Bena menganut sistem kekerabatan dengan mengikuti garis keturunan pihak ibu. Lelaki Bena yang menikah dengan wanita suku lain maka akan menjadi bagian dari klan istrinya. Khusus untuk wanita di Bena mereka wajib untuk memiliki keahlian menenun dengan bermotifkan kuda dan gajah sebagai ciri khasnya.
Bagi warga Bena, mereka percaya bahwa di puncak Gunung Inerie bersemayam Dewa Zeta yang melindungi mereka. Gunung Inerie setinggi 2.245 mdpl adalah gunung dengan hutan lebat di sebelah baratnya saja. Sementara itu, di lereng bagian selatannya berupa perkebunan. Bagi warga Bena Gunung Inerie dianggap sebagai hak mama (Ibu) dan Gunung Surulaki dianggap sebagai hak bapa (Ayah).
Petualang dan pendaki berdatangan ke Gunung Inerie saat musim kemarau (antara Juni hingga Agustus). Dari atas puncaknya terlihat pemandangan indah dari segala arah termasuk kota Bajawa di sebelah barat laut. Di bagian selatan terlihat birunya Laut Sawu yang menempel rapat di kaki gunung ini. Tahun 1882 dan 1970 Gunung Inerie pernah meletus dan kini meninggalkan jejak keindahan dan kemegahannya dengan bumbu tanah subur di sekilingnya. Perhatikan bagaimana ukuran batang bambu yang tergolong sangat besar tumbuh di sekitarnya gunung ini!
Kegiatan
Di sini dapat Anda puaskan untuk mengamati berhamparan bebatuan megalith tertata untuk upacara adat dengan formasi yang memukau. Temukan kemewahan dan kemegahan budaya dari zaman batu dipertontonkan. Warga Bena sejak dahulu menganggap bahwa gunung, batu, dan hewan-hewan harus dihormati sebagai bagian dari kehidupan.
Saat Anda menjejakkan kaki di beranda depan Kampung Bena maka tersaji pemandangan rumah adat beratap serat ijuk berjejeran nampak berumpak-umpak. Badan kampung memanjang dari utara ke selatan dengan pintu masuk kampung hanya dari utara. Di ujung lainnya di bagian selatan adalah puncaknya sekaligus tepian tebing terjal.
Kampung Bena memiliki panjang 375 meter dan lebar 80 meter. Setidaknya ada lebih dari 45 rumah yang mengelilingi perkampungan ini ditemani keaslian budaya megalit. Perhatikan 9 tingkat ketinggian tanah di kampung ini sekaligus membedakan 9 suku yang mendiaminya dan setiap satu suku berada dalam satu tingkat ketinggian tertentu.
Rumah keluarga inti laki-laki dinamakan sakalobo, berupa patung pria di atas rumah yang memegang parang dan lembing. Sementara itu, rumah keluarga inti perempuan disebut sakapu’u. Anda juga akan melihat banyak tanduk kerbau, rahang dan taring babi dipajang menggantung berderet di depan rumah sebagai lambang status sosial orang Bena. Tanduk, rahang, dan taring babi tersebut berasal dari hewan-hewan yang dikorbankan oleh masing-masing suku saat upacara adat.
Ngadhu bediri di depan setiap rumah adat dimana bangunan ini menjadi simbol nenek moyang laki-laki. Ngadhu adalah rumah berpayung dengan satu tiang kayu yang diukir, akar kayu tersebut harus dibuat bercabang dua dan ditanam dengan darah babi atau ayam. Ngadhu yang beratap serat ijuk ini memiliki tiang tunggal dari jenis kayu khusus yang keras karena berfungsi juga sebagai tiang gantungan hewan kurban ketika upacara adat.
Seperti juga ngadhu yang berdiri di halaman depan rumah adat Flores, bagha adalah simbol nenek moyang perempuan. Bhaga berupa miniatur rumah adat yang dipersiapkan untuk menerima laki-laki yang menikahi wanita di kampung ini. Setiap rumah adat ditandai dengan ukiran (weti) dan di atapnya terdapat senjata yang berguna untuk melindungi penghuninya dari roh-roh jahat. Miniatur bhaga juga memiliki makna sebagai motivasi hidup bagi anak-anak mereka dan sebagai pengingat bahwa kemana pun mereka pergi maka harus tetap diingat bahwa kampung ini adalah tempat asal mereka. Karena ada 9 suku di Kampung Bena maka terdapat sembilan pasang ngadu dan bagha.
Di tepi paling atas tepat di ujung tertinggi Kampung Bena orang tidak akan mengira ada sebuah tempat yang menyajikan panorama mengagumkan. Dari atas bukit ini jurang mengaga menjembatani rentetan gunung dan Laut Sawu di sebelah kanannya. Pastikan Anda berfoto dengan latar yang luar biasa tersebut.
Mengunyah pinang dan sirih muda dipadu kapur barus adalah kebiasaan sehari-hari yang diwariskan dari nenek moyang mereka. Mengunyah ramuan ini akan memberi rasa segar dengan bonus jejak warna merah di gigi. Mengunyah sirih pinang tidak mengenal waktu, kegiatan tersebut dapat dilakukan pagi, siang, sore bahkan malam hari. Percampuran antara daun sirih, pinang, kapur, gambir dan sedikit tembakau menghasilkan residunya berupa ludah yang berwarna merah dan sisa-sisa serat dari buah pinang. Rasanya tidaklah manis tetapi pengalaman mencicipinya bisa jadi menorehkan pengalaman termanis saat Anda berkunjung ke Kampung Bena.
Kemiri (Aleuritis molucana) yang dijemur adalah pemandangan yang pasti akan Anda temukan di Bena. Warga Kampung Bena mengolah biji kemiri yang mengandung racun ringan dengan memanaskan tanpa minyak atau air hingga biji hangat. Pemanasan alami dengan menjemurnya di bawah terik Matahari akan menguraikan toksin. Bijinya kemiri dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah dan minyak yang diekstrak dari bijinya dapat digunakan sebagai bahan campuran cat.
Anda dapat menyewa kendaraan untuk berkeliling di Bajawa. Lokasi Kampung Bena sekira hanya 18 km dari kota Bajawa. Pemandangan menuju Kampung Bena diperkaya titik-titik indah panorama alam. Jangan sungkan meminta sopir agar memberitahu sudut-sudut yang bagus untuk mengabadikan keindahan alamnya dengan kamera Anda.
Saat Anda berkunjung ke Bena, ada kesepakatan tidak tertulis agar warga kampung Bena tidak mengganggu wisatawan yang berkunjung ke tempat ini. Akan tetapi, itu jadinya membosankan. Karenanya, beranikan diri menyapa mereka dan nantikan senyum dan keramahan berbinar dari wajah-wajah yang santun itu.
Langganan:
Postingan (Atom)